Tampilkan postingan dengan label Al-Qur'an. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Al-Qur'an. Tampilkan semua postingan

Minggu, 27 Juli 2008

Surah Al-Baqarah

Surah ini, yaitu Surah Al Qur’aan terpanjang, diwahyukan di Madinah dalam empat tahun pertama sesudah Hijrah dan dikenal sebagai Al Baqarah. Nama itu digunakan oleh Rasulullah saw. sendiri. Surah ini agaknya mendapat nama dari ayat-ayat 68-72, ketika peristiwa penting dalam kehidupan kaum Yahudi dituturkan dengan singkat.



Untuk masa yang panjang, orang-orang Yahudi pernah tinggal di Mesir sebagai hamba dan budak di bawah penindasan yang sangat kejam para Fir‘aun, penyembah sapi. Seperti kebiasaan kaum tertindas, mereka pun telah mengambil dan meniru secara membabi-buta, banyak kebiasaan dan adat orang-orang Mesir, dan akibatnya mereka mempunyai kecintaan yang begitu mendalam kepada sapi, sehingga mendekati penyembahan. Ketika Nabi Musa a.s. memerintahkan mereka, agar mengorbankan sapi tertentu yang menjadi lambang persembahan mereka, mereka hingar-bingar tentang perintah itu. Peristiwa itulah yang dituturkan oleh ayat-ayat 68-72. Di samping nama Al Baqarah, Surah ini mempunyai nama lain – yaitu Az Zahraa. Surah Al Baqarah ini dan Ali ‘Imraan bersama-sama dikenal sebagai Az Zahrawaan – Sang Dwi Cemerlang (Muslim). Rasulullah saw. diriwayatkan telah bersabda, “Segala sesuatu mempunyai puncaknya, dan puncak Al Qur’aan ialah Al-Baqarah” (Tirmidzi). Surah ini ditempatkan sesudah Al Faatihah karena Surah ini mengandung jawaban terhadap semua persoalan penting, yang tiba-tiba dihadapkan kepada pembaca, bila sesudah mempelajari Al Faatihah ia mulai memasuki Kitab yang pokok, ialah, Al Qur’aan. Meskipun Al Faatihah pada umumnya mempunyai hubungan dengan semua Surah lainnya, tetapi ia mempunyai perhubungan khusus dengan Al Baqarah yang merupakan pengabulan do’a, Tunjuki kami pada jalan yang lurus. Sungguh, Al Baqarah dengan uraian-uraiannya mengenai Tanda-tanda (Ilahi), Al Kitaab, hikmah dan jalan untuk mencapai kesucian (2:130) merupakan jawaban yang tepat lagi padat terhadap do’a agung itu.



Selengkapnya...

Senin, 25 Februari 2008

Pemeliharaan AlQuran

Ada sebuah janji di dalam Al-Qur’an bahwa Allah s.w.t. akan memelihara Islam saat menghadapi bahaya dan percobaan seperti diungkapkan dalam ayat:

“Sesungguhnya Kami-lah yang telah menurunkan peringatan ini dan sesungguhnya Kami-lah pemeliharanya”. (S.15 Al-Hijr:10).
Sesuai dengan janji tersebut maka Allah yang Maha Perkasa akan menjaga Firman-Nya dengan empat cara. Pertama, melalui daya ingat mereka yang telah menghafal keseluruhan Al-Qur’an sehingga keutuhan teks dan urutannya tetap terjaga.


Pada setiap zaman terdapat ratusan ribu orang yang menghafalkan Al-Qur’an di luar kepala dimana jika ada yang menanyakan satu kata saja, mereka ini dapat mentilawatkan kalimatnya. Melalui cara ini Al-Qur’an dipelihara terhadap penyimpangan verbal sepanjang masa. Kedua, melalui ulama-ulama akbar di setiap zaman yang memperoleh pemahaman Al-Qur’an, dimana mereka ini menafsirkan Al-Qur’an dengan bantuan Hadits, sehingga dengan cara tersebut Firman Tuhan terpelihara dari penyimpangan penafsiran dan arti. Ketiga, melalui para cendekiawan yang mengungkapkan ajaran Al-Qur’an berdasarkan logika dan dengan demikian memeliharanya terhadap serangan dari para filosof yang berpandangan cupat. Keempat, melalui mereka yang mendapat karunia keruhanian dimana mereka di setiap zaman menjaga Firman Suci Tuhan terhadap serangan-serangan dari mereka yang menyangkal mukjizat dan wawasan keruhanian. (Ayyamus Sulh, Qadian, Ziaul Islam Press, 1899; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 14, hal. 288, London, 1984).
* * *
Jangan sampai umat Islam berpandangan bahwa turunnya wahyu dimulai dengan kedatangan Nabi Adam a.s. dan telah berakhir dengan selesainya penugasan Hadzrat Rasulullah s.a.w. sehingga setelah beliau lalu dianggap wahyu Ilahi tidak ada lagi. Janganlah kita mempunyai keyakinan seperti bangsa Hindu yang berpendapat bahwa Firman Tuhan hanya terbatas kepada apa yang sudah disampaikan-Nya saja. Sejalan dengan aqidah Islam, yang namanya firman, pengetahuan dan kebijakan-Nya, sebagaimana juga Wujud-Nya, adalah bersifat tidak terbatas. Allah yang Maha Agung berfirman:
“Katakanlah: “Sekiranya setiap lautan menjadi tinta untuk menuliskan kalimat-kalimat Tuhan-ku, niscayalah lautan itu akan habis sebelum kalimat-kalimat Tuhan-ku habis, sekalipun Kami datangkan sebanyak itu lagi sebagai bantuan tambahan”“. (S.18 Al-Kahf:110).
Kami memahami telah berhentinya wahyu Ilahi turun ke bumi dalam pengertian bahwa karena yang telah diturunkan berupa Al-Qur’an sudah sangat lengkap guna memperbaiki kondisi umat manusia maka tidak akan ada lagi kaidah baru. Pada saat diturunkannya Al-Qur’an tersebut, segala hal yang berkaitan dengan akhlak, aqidah dan perilaku manusia sudah rusak sama sekali dimana segala bentuk penyimpangan dan kejahatan telah mencapai puncaknya. Karena itulah ajaran yang dibawa Al-Qur’an bersifat sangat komprehensif. Dalam pengertian inilah dikatakan bahwa kaidah yang dikemukakan Al-Qur’an bersifat sempurna dan terakhir atau final, sedangkan kaidah yang dibawa oleh Kitab-kitab suci terdahulu itu tidak lengkap karena tingkat kejahatan manusia di masanya belum mencapai klimaks sebagaimana saat diturunkannya Al-Qur’an.
Perbedaan di antara Al-Qur’an dengan Kitab-kitab yang diwahyukan lainnya adalah meskipun Kitab-kitab itu dipelihara dengan segala cara, tetapi karena ajaran yang dibawanya tidak sempurna maka masih diperlukan diwahyukan¬nya Al-Qur’an sebagai ajaran yang paling sempurna. Hanya saja tidak akan ada lagi Kitab lain yang akan diwahyukan setelah Al-Qur’an karena tidak ada sesuatu yang bisa melampaui apa yang namanya kesempurnaan. Bilamana diandaikan bahwa prinsip-prinsip hakiki dari Al-Qur’an bisa disesatkan seperti halnya Veda dan Injil dimana manusia menciptakan sekutu bagi Tuhan-nya serta ajaran Ketauhidan Ilahi diselewengkan dan disesatkan sehingga berjuta-juta umat Islam lalu mengikuti syirik dan menjadi penyembah makhluk, maka dalam keadaan seperti itu bisa jadi perlu diwahyukan syariat baru dan diutus seorang Rasul baru. Namun perandaian seperti ini jelas tidak masuk akal.
Penyesatan ajaran Al-Qur’an tidak mungkin terjadi karena Allah yang Maha Agung telah berfirman:
“Sesungguhnya Kami-lah yang telah menurunkan peringatan ini dan sesungguhnya Kami-lah pemeliharanya”. (S.15 Al-Hijr:10).
Kebenaran daripada nubuatan ini telah dibuktikan sepanjang sejarah selama 1300 tahun terakhir. Sejauh ini tidak ada ajaran pagan atau penyembahan berhala bisa berhasil menyusup ke dalam Al-Qur’an sebagaimana yang terjadi pada Kitab-kitab suci lainnya. Pikiran waras pun tidak bisa membayangkan bahwa hal seperti itu dapat terjadi. Berjuta-juta umat Islam telah menghafalkan Al-Qur’an di luar kepala dan terdapat ribuan buku tafsir yang akan menjaga arti dan pengertiannya. Ayat-ayatnya ditilawatkan dalam shalat lima kali sehari dan Kitab ini dibaca orang setiap hari. Kitab ini dicetak di semua negeri-negeri di dunia dalam jumlah jutaan buku dimana ajarannya karena diketahui oleh setiap orang sehingga kita pun menyadari secara pasti bahwa adanya perubahan atau penyimpangan dalam ayat-ayat Al-Qur’an merupakan suatu hal yang sama sekali tidak mungkin terjadi. (Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 100-102, London, 1984).




Selengkapnya...

Jumat, 08 Februari 2008

Al-Qur'an Sumber segala kebenaran

Al-Qur'an Sumber segala kebenaran

Dari Nur suci Al-Qur’an muncul hari yang terang
Angin musim semi semilir mengusap kuntum hati.

Mentari pun tidak memiliki Nur dan kecemerlangan ini
Pesona dan keindahannya pun tak ada pada rembulan.

Yusuf dilemparkan sendiri ke sebuah lubang
Sedangkan Yusuf9 yang ini telah menarik manusia ke luar lubang.


Dari sumber segala ilmu, ia telah mengungkap ratusan kebenaran
Keindahannya menggugah wawasan mulia.

Tahukah kalian betapa luhur fitrat pengetahuan miliknya?
Penaka madu surgawi menetes dari wahyu Ilahi.

Ketika mentari kebenaran ini muncul di dunia,
Semua celepuk yang memuja kegelapan, bersembunyi semua.
Tak ada yang bisa merasa pasti di dunia ini,
Kecuali ia yang berlindung dalam wujudnya.

Ia yang diberkati dengan pengetahuannya
Menjadi khazanah pengetahuan,
Ia yang tidak menyadarinya
Serupa mereka yang tak tahu sesuatu apa.

Hujan rahmat Ilahi menghampiri dirinya
Wahai sialnya mereka yang meninggalkannya dan mencari yang lain.

Kecenderungan kepada dosa adalah gejala syaitan bernoda
Yang kuanggap manusia hanya mereka yang meninggal kannya.

Wahai tambang keindahan, aku tahu sumbermu
Engkau adalah Nur dari Allah yang mencipta semesta.

Aku tak hasrat dengan siapa pun, hanya engkau kasihku
Kami telah menerima nurmu dari Dia yang mendengar doa.

(Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 304-305, London, 1984).Read More


Selengkapnya...

Al-Qur’an tidak ada tandingannya

Al-Qur’an tidak ada tandingannya

Apa pun yang merupa melalui kekuasaan Allah s.w.t. yang sempurna, apakah itu merupakan bagian dari ciptaan seluruhnya atau pun sebuah Kitab Suci yang secara harfiah diwahyukan oleh-Nya, semuanya membawa sifat bahwa tidak ada wujud lainnya yang mempunyai kemampuan menghasilkan padanannya. Hal ini dibuktikan dengan dua cara, pertama adalah melalui metoda deduksi. Tuhan itu Maha Esa dan tanpa sekutu dalam Wujud, sifat dan kinerja-Nya, karena jika dimungkinkan adanya serikat dengan Dia dalam ciptaan, firman atau pun tindakan, maka akan dimungkinkan munculnya padanan dalam sifat-sifat serta adanya Tuhan lain.


Semua yang dianggap memiliki sifat-sifat Ilahi akan menjadi Tuhan dan yang hanya memiliki sebagian dari sifat-sifat Ilahi tersebut akan menjadi sekutu-Nya berkaitan dengan sifat berkaitan, dimana semua ini lalu menjadi suatu hal yang tidak masuk akal. Dengan demikian jelaslah bahwa Tuhan itu Maha Esa tanpa sekutu dalam segala sifat-sifat, firman dan tindakan-Nya dan Wujud-Nya itu bebas dari segala inkonsistensi yang akan mengharuskan adanya seseorang untuk menjadi sekutu-Nya.
Kedua, telah dibuktikan melalui pengamatan atas segala hal yang diciptakan oleh Allah s.w.t. bahwa tidak ada satu pun dari antaranya yang bisa diciptakan oleh manusia, tidak juga makhluk terkecil seperti lalat, nyamuk atau pun laba-laba. Dengan memperhatikan bentuk dan penciptaan makhluk-makhluk tersebut, kita akan menemukan keajaiban yang merupakan bukti konklusif dari eksistensi sang Maha Pencipta alam semesta.Disamping semua argumentasi tersebut, kiranya jelas bagi mereka yang mau berpikir bahwa kalau dimungkinkan ada sosok lain selain Tuhan yang juga memiliki kekuasaan menciptakan seperti apa yang telah diciptakan oleh Allah s.w.t. sendiri, maka tidak akan ada lagi dari keseluruhan ciptaan itu yang bisa diajukan sebagai bukti eksistensi sang Maha Pencipta yang sebenarnya. Manusia jadinya akan meragukan sifat-Nya sebagai sang Pencipta jika benda-benda yang telah diciptakan oleh Allah yang Maha Kuasa ternyata bisa juga diciptakan oleh orang lain.
Adalah suatu kenyataan bahwa apa pun yang merupakan hasil ciptaan Tuhan pastilah merupakan suatu hal yang tidak ada padanannya sama sekali dan ini menjadi bukti bahwa hal itu berasal dari Allah s.w.t. Pandangan ini menjadi sanggahan atas pendapat yang mengatakan bahwa Tuhan tidak perlu bersifat tanpa bandingan atau bahwa keadaan tanpa bandingan tersebut tidak menjadi bukti kalau hal itu berasal dari Tuhan.
Keadaan tanpa banding merupakan kekhususan daripada kinerja dan firman Allah s.w.t. Setiap orang yang berpikir mengetahui bahwa sarana utama bagi akal untuk menegakkan Ketuhanan Ilahi adalah keyakinan kalau semua yang berasal dari Tuhan itu tidak ada tandingannya sehingga merupakan bukti konklusif akan Ke-Esaan sang Maha Pencipta. Tanpa adanya sarana demikian maka jalan bagi nalar untuk mencapai Tuhan akan tertutup jadinya. (Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 149-152, London, 1984).
* * *
Al-Qur’an merupakan Kitab yang memproklamirkan sendiri keunggulan dirinya yang tanpa tanding beserta keagungan, kebijaksanaan, kebenaran, keindahan susunan dan Nur ruhani yang dibawanya. Tidak benar jika dikatakan bahwa umat Islam hanya mengada-ada mengenai kebesaran Kitab Suci Al-Qur’an. Kitab itu sendiri telah mengemukakan kemuliaan dan keagungan dirinya serta mencanangkan dengan lantang ketiadaan-tara dan keluhurannya sebagai tantangan kepada seluruh alam: “Apakah ada yang bisa menandingi?”.
Kebenaran dan mutiara hikmah yang dikandungnya bukan hanya dua atau tiga buah saja yang akan meninggalkan sisa keraguan dalam pikiran seorang awam, melainkan sebagai samudra yang menggelora dan nyata di semua arahan laiknya bintang-bintang di langit. Tidak ada kebenaran lain di luar Kitab itu. Tidak ada kebijakan yang belum terangkum di dalamnya. Selalu ada Nur yang dapat diperoleh melalui cara mengikutinya. Semua ini ada buktinya dan bukan semata hanya omong kosong saja. Semua itu menjadi kebenaran yang telah dibuktikan secara nyata yang cemerlang terus selama 1300 tahun terakhir. Kami telah merinci mutiara-mutiara hikmah Kitab tersebut dalam buku ini dan menjelaskan seluk beluk Al-Qur’an secara panjang lebar agar bisa menjadi samudra yang memuaskan bagi para pencari kebenaran. (Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 662-665, London, 1984).


Selengkapnya...

Al-Qur'an Sumber segala kebenaran

Al-Qur'an Sumber segala kebenaran

Dari Nur suci Al-Qur’an muncul hari yang terang
Angin musim semi semilir mengusap kuntum hati.

Mentari pun tidak memiliki Nur dan kecemerlangan ini
Pesona dan keindahannya pun tak ada pada rembulan.

Yusuf dilemparkan sendiri ke sebuah lubang
Sedangkan Yusuf9 yang ini telah menarik manusia ke luar lubang.



Dari sumber segala ilmu, ia telah mengungkap ratusan kebenaran
Keindahannya menggugah wawasan mulia.

Tahukah kalian betapa luhur fitrat pengetahuan miliknya?
Penaka madu surgawi menetes dari wahyu Ilahi.

Ketika mentari kebenaran ini muncul di dunia,
Semua celepuk yang memuja kegelapan, bersembunyi semua.
Tak ada yang bisa merasa pasti di dunia ini,
Kecuali ia yang berlindung dalam wujudnya.

Ia yang diberkati dengan pengetahuannya
Menjadi khazanah pengetahuan,
Ia yang tidak menyadarinya
Serupa mereka yang tak tahu sesuatu apa.

Hujan rahmat Ilahi menghampiri dirinya
Wahai sialnya mereka yang meninggalkannya dan mencari yang lain.

Kecenderungan kepada dosa adalah gejala syaitan bernoda
Yang kuanggap manusia hanya mereka yang meninggal kannya.

Wahai tambang keindahan, aku tahu sumbermu
Engkau adalah Nur dari Allah yang mencipta semesta.

Aku tak hasrat dengan siapa pun, hanya engkau kasihku
Kami telah menerima nurmu dari Dia yang mendengar doa.

(Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 304-305, London, 1984).


Selengkapnya...

Blog Ahmadiyah Difitnah

Islam Agama Damai

Islam Agama Damai
Pidato tentang Islam Agama damai di hadapan anggota Parlemen Eropa

Pembacaan Al-Quran di Parlemen Eropa

Pembacaan Al-Quran di Parlemen Eropa
Melalui Perjuangan Islam Ahmadiyah, Al-Quran dilantunkan di hadapan Parlemen Eropa

MTA Internasional

MTA Internasional
Televisi Nuansa Islami

Esensi Ajaran Islam

Hazrat Mirza Ghulam Ahmad : "Berbelas-kasihlah kepada sesama hamba-Nya. Janganlah berbuat aniaya terhadap mereka, baik dengan mulutmu atau dengan tanganmu, maupun dengan cara-cara lain. readmore

Warta Ahmadiyah

Apakah Ahmadiyah Itu

snapshot

About Me


chkme

SEO Reports for surga-mu.blogspot.com

Website Perdamaian

 

Copyright © 2009 by Ajaran Islam