Senin, 04 Februari 2008

KEPERCAYAAN KEESAAN TUHAN

KEPERCAYAAN KEESAAN TUHAN

Ini sepertinya suatu konsep yang agak dasar dan sederhana. Seharus tidak sulit untuk sesiapapun untuk memahami keesaan Tuhan, dan persoalan itu selesai disini. Tetapi faktanya tidak semudah itu memandangnya. Manakala seseorang menguji konsep Ke-Esaan-Nya lebih dalam, maka segala agama yang ada di dunia berputar di titik yang sangat penting ini. Kepercayaan berkenaan Ke-Esaannya ini mempengaruhi segi kehidupan manusia dalam segala aspek nya. Kepercayaan tentang ini juga menyiratkan peniadaan segala sesuatu selain Tuhan. Maka kepercayaan tentang ke-esaan Tuhan adalah tidak serta merta berhenti disitu, namun kepercayaan akan hal ini merupakan sumber bagi terpancarnya kebenaran abadi. Hal ini juga juga mengirimkan suatu pesan terbebasnya manusia dari segala macam penindasan dan membebaskan manusia dari segala hal kecuali ketaatan yang sejatinya bersumber dari Tuhan.






Artikel ini menerangkan lebih lanjut dari sudut pandang lain, baik dalam Quran suci dan hadist Rasulullah saw. Sebagai contoh, di deklarasikan ' La houl wala quat illa Billah' ( Tidak ada kuasa kecuali dengan izin Allah) membuka jendela baru bagi suatu pemahaman Ke-esaan-Nya secara lebih luas dan lebih dalam. Ke-esaan-Nya meniadakan semua ketakutan selain kepada-Nya. Yang kedua yang tak kalah pentingnya adalah ke-esaan ini membawa kita untuk fokus pada aspek ke-esaan itu sendiri. yaitu yang kuasa untuk mencapai kebajikan sejati semata-mata tergantung pada Tuhan itu sendiri, dan bahwa IA adalah Pemilik semua sumber energi dan segala kekuatan. Oleh karenanya bagian yang pertama dari hal ini berhubungan dengan hal negatif dari kekuasaan dan bagian kedua berhubungan dengan hal positif dari kekuasaan itu.



Jika diaplikasikan dalam tindakan manusia, maka motivasi, niat dan lainnya itu dapat dilihat kedua kekuatan ini saling mengarahkan. Keinginan manusia dan selanjutnya tindakannya selalu dipandu dan dikendalikan oleh ketakutan dan atau harapan, dan tidak ada pengecualian terhadap hal ini . Mereka yang berbuat baik memiliki ketakutan dan harapan, begitu pula mereka yang menurut berbuat jahat dimotivasi oleh yang sama pula. Ketakutan yang dirasakan orang kafir digolongkan pada ketakutan yang tidak berdasarkan ketuhanan, mereka ini membentuk kehidupan mereka sejalan corak duniawi. Terkadang bentuk ketakukan itu timbul dari ketakutan akan ketidak-senangan raja atau penguasa mereka. Terkadang ketakukan itu timbul dari ketakukan pada masyarakat secara keseluruhan, takut akan kekerasan dan kemalangan yang mungkin ditimpakan pada mereka. Kadang kala ketakutan itu timbul dalam bentuk ketakutan akan jatuh miskin dan kemalangan yang menimpa mereka dan seterusnya. Jadi singkatnya dunia ini dipenuhi kelicikan dan sebagian besar tindakan manusia dapat diterangkan berdasarkan adanya ketakutan didalam diri mereka.





Kepercayaan pada ke-Esa-an-Nya akan mengusir rasa takut secara total dan membawa alam pikiran seseorang pentingnya takut hanya kepada Tuhan, yang berarti seseorang itu harus tidak takut akan kejengkelan dari orang tak beriman, tetapi selalu berupaya menghindarkan rasa ketidak senangan Tuhan, dan berperilaku hanya IA semata yang pantas ditakuti. Dari sisi positipnya semua motivasi manusia dan tindakannya adalah akibat dari perbuatannya sendiri. Kenyataannya manusia selalu berupaya menyenangkan dirinya sendiri walau untuk itu dia harus mengorbankan orang yang paling dekat dengannya.



Dalam bentuk yang berlebihan manusia terkadang menyembah egonya sendiri. Untuk mencapai tujuannya ini, manusia terpaksa harus menyenangkan orang yang ia-nya begitu bergantung pada orang itu sebagai sumber kesenangan pribadinya. Dalam hal yang demikian ia berupaya keras menyenangkan para penguasa, raja dan semisalnya. Manusia seperti itu bahkan rela menjadi budak mereka. Penyerahan sempurna manusia yang demikian itu semata-mata agar ia meraih kesenangan pribadinya. Namun manusia tak bertuhan ini tidak memiliki satu tuhan saja. Setiap manusia lain yang menurutnya ia berkepentingan dengan mereka, akan juga diperlakukan sebagai tuhannya. Jika kita menganalisa keadaan ini maka tampaklah segala bentuk kekejian sosial, kejahatan politik, dan kejatuhan moral sedemikian rupa melanda masyarakat secara luas dan akhirnya berujung pada kehancuran.



Dari sudut pandang ini, manakala kamu sekilas menelaah deklarasi ' tidak ada Tuhan selain Allah, yang Esa dan tunggal', maka semua ketakutan dan harapan yang bersumber selain dari Tuhan akan dihempaskan jauh-jauh, seolah-olah dilemparkan dari kekuatan tongkat sihir. Dengan kata lain, seseorang yang menghambakan diri pada tuhan sejati akan dibebaskan dari perbudakan sesama manusia. Tuhan-tuhan palsu itu semata-mata produk dari imajinasi mereka semata dan tuhan seperti itu tidak memiliki kuasa menganugrahi dan menghukum mereka. Sebagian manusia bahkan menyembah tuhan yang sama fananya dengan diri mereka sendiri. Mereka menyebah ego mereka, kepentingan mereka dan untuk itu mereka menciptakan beragam kekacauan dan permusuhan bahkan menciptakan situasi kekacauan yang sangat luas.



Konsep Islam berkenaan ke-Esaan-Nya menanamkan kesadaran ke-esa-an alami yang ada dalam diri manusia. Ke-esaan itu mampu menembus batas-bastas suku, etnis dan warna kulit. Hal ini melahirkan konsep universalitas dalam Islam yang begitu uniknya. Dalam pandangan Tuhan sejati ini segenap manusia kapan saja mereka lahir sama derajatnya. Ini merupakan doktrin dasar didalam Islam dan seutuhnya tidak membuka ruan apapun bagi tuhan-tuhan lain. Tuhan dalam doktrin Islam ini tidak mengenal adanya tuhan bapak, tuhan ibu, dan tuhan anak. Bagi Tuhan seperti ini beranak pinak tidak terkonsepkan.



Aspek penting lain dari konsep ke-Esa-an Tuhan dalam Islam adalah sebagaimana dinukilkan dalam quran karim bahwa terdapat harmonisasi absolut dalam ciptaan-Nya. Konsep harmoni ini sangat didukung oleh Einstein. Beliau telah menelaah kesetaraan simetri dalam alam ini, yang menurutnya memerlukan satu Pencipta. Beliau seorang ilmuan dan telaah harmonisnya alam ini sebatas materi semesta yang ada. Namun quran karim berkata tentang harmonisasi dalam penciptaan dan segala kemungkinan aplikasi ciptaannya itu. Quran suci meng-klaim bahwa dalam alam ini sebagaimana diceritakan oleh-Nya sendiri dan juga tertulis dalam kitab-kitab-Nya dinyatakan tidak ada disharmonisasi dalam ciptaan-Nya. Segala sesuatunya bersesuaian dengan ciptaan-Nya dan segala firman-Nya.



Lebih jauh ia mendeklerasikan bahwa adanya konsistensi sempurna antara firman Tuhan dengan tindakan-Nya dan tidak ada kontradiksi antara alam dan firman suci-Nya yang dilafalkan lewat Nabi-nabi-Nya. Hal ini dinyatakan dalam lima ayat pertama surah Al-Mulk dan berbagai ayat lainnya dalam quran dari berbagai sudut pandang.



Selanjutnya dalam skala individu. Kepercayaan akan ke-Esa-an Tuhan memainkan peranan penting dalam pendidan dan kemajuan umat manusia. Untuk itu diperlukan satu konsistensi antara pandangan manusia dan perbuatannya. Adanya konsistensi ini menyebabkan keutuhan yang tak terpisahkan diantara keduannya. Hal ini dengan mudah diketahui tatkala kita menelaah berbagai kebiasaan dikalangan orang beragama. Siapa dari mereka yang mengajarkan kebencian pada satu bagian dalam masyarakat atas nama Tuhan. Prinsip ke-Esa-an Tuhan terkadang terperaktekkan bias dalam situasi tertentu dan bagaimana mungkin hal demikian bersumber dari-Nya yang menciptakan segala sesuatunya itu.

klik juga

Terjemah oleh Arpen Priyatna

Sumber : http://www.alislam.org/books/study-of-islam/unity.html

About Me


chkme

SEO Reports for surga-mu.blogspot.com

Website Perdamaian

 

Copyright © 2009 by Ajaran Islam