Nabi yang bernama Muhammad itu,
Kami selalu berpegang kepada jubahnya.
Kasihnya yang masuk tubuh melalui susu ibu kami,
Menjadi nyawa kami yang bertahan sampai maut nanti.
Ia adalah Nabi terbaik dan makhluk tersempurna,
Kenabian menjadi sempurna dalam dirinya.
Kami minum dari sumber mata airnya,
Siapa yang telah kenyang, masih akan dipuaskan olehnya.
Apa pun wahyu atau ilham yang dikaruniakan kepada kami
Adalah karenanya, bukan karena diri kami.
Melalui wujudnya kami diberkati bimbingan dan kesempurnaan,
Tanpa dirinya, tak mungkin kami bertemu dengan yang Maha Abadi.
Mengikuti ajarannya tergurat di hatiku,
Apa pun yang berasal daripadanya adalah imanku.
(Siraj Munir, Ruhani Khazain, vol. 12, hal. 95).