Senin, 25 Februari 2008

Pemeliharaan AlQuran

Ada sebuah janji di dalam Al-Qur’an bahwa Allah s.w.t. akan memelihara Islam saat menghadapi bahaya dan percobaan seperti diungkapkan dalam ayat:

“Sesungguhnya Kami-lah yang telah menurunkan peringatan ini dan sesungguhnya Kami-lah pemeliharanya”. (S.15 Al-Hijr:10).
Sesuai dengan janji tersebut maka Allah yang Maha Perkasa akan menjaga Firman-Nya dengan empat cara. Pertama, melalui daya ingat mereka yang telah menghafal keseluruhan Al-Qur’an sehingga keutuhan teks dan urutannya tetap terjaga.


Pada setiap zaman terdapat ratusan ribu orang yang menghafalkan Al-Qur’an di luar kepala dimana jika ada yang menanyakan satu kata saja, mereka ini dapat mentilawatkan kalimatnya. Melalui cara ini Al-Qur’an dipelihara terhadap penyimpangan verbal sepanjang masa. Kedua, melalui ulama-ulama akbar di setiap zaman yang memperoleh pemahaman Al-Qur’an, dimana mereka ini menafsirkan Al-Qur’an dengan bantuan Hadits, sehingga dengan cara tersebut Firman Tuhan terpelihara dari penyimpangan penafsiran dan arti. Ketiga, melalui para cendekiawan yang mengungkapkan ajaran Al-Qur’an berdasarkan logika dan dengan demikian memeliharanya terhadap serangan dari para filosof yang berpandangan cupat. Keempat, melalui mereka yang mendapat karunia keruhanian dimana mereka di setiap zaman menjaga Firman Suci Tuhan terhadap serangan-serangan dari mereka yang menyangkal mukjizat dan wawasan keruhanian. (Ayyamus Sulh, Qadian, Ziaul Islam Press, 1899; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 14, hal. 288, London, 1984).
* * *
Jangan sampai umat Islam berpandangan bahwa turunnya wahyu dimulai dengan kedatangan Nabi Adam a.s. dan telah berakhir dengan selesainya penugasan Hadzrat Rasulullah s.a.w. sehingga setelah beliau lalu dianggap wahyu Ilahi tidak ada lagi. Janganlah kita mempunyai keyakinan seperti bangsa Hindu yang berpendapat bahwa Firman Tuhan hanya terbatas kepada apa yang sudah disampaikan-Nya saja. Sejalan dengan aqidah Islam, yang namanya firman, pengetahuan dan kebijakan-Nya, sebagaimana juga Wujud-Nya, adalah bersifat tidak terbatas. Allah yang Maha Agung berfirman:
“Katakanlah: “Sekiranya setiap lautan menjadi tinta untuk menuliskan kalimat-kalimat Tuhan-ku, niscayalah lautan itu akan habis sebelum kalimat-kalimat Tuhan-ku habis, sekalipun Kami datangkan sebanyak itu lagi sebagai bantuan tambahan”“. (S.18 Al-Kahf:110).
Kami memahami telah berhentinya wahyu Ilahi turun ke bumi dalam pengertian bahwa karena yang telah diturunkan berupa Al-Qur’an sudah sangat lengkap guna memperbaiki kondisi umat manusia maka tidak akan ada lagi kaidah baru. Pada saat diturunkannya Al-Qur’an tersebut, segala hal yang berkaitan dengan akhlak, aqidah dan perilaku manusia sudah rusak sama sekali dimana segala bentuk penyimpangan dan kejahatan telah mencapai puncaknya. Karena itulah ajaran yang dibawa Al-Qur’an bersifat sangat komprehensif. Dalam pengertian inilah dikatakan bahwa kaidah yang dikemukakan Al-Qur’an bersifat sempurna dan terakhir atau final, sedangkan kaidah yang dibawa oleh Kitab-kitab suci terdahulu itu tidak lengkap karena tingkat kejahatan manusia di masanya belum mencapai klimaks sebagaimana saat diturunkannya Al-Qur’an.
Perbedaan di antara Al-Qur’an dengan Kitab-kitab yang diwahyukan lainnya adalah meskipun Kitab-kitab itu dipelihara dengan segala cara, tetapi karena ajaran yang dibawanya tidak sempurna maka masih diperlukan diwahyukan¬nya Al-Qur’an sebagai ajaran yang paling sempurna. Hanya saja tidak akan ada lagi Kitab lain yang akan diwahyukan setelah Al-Qur’an karena tidak ada sesuatu yang bisa melampaui apa yang namanya kesempurnaan. Bilamana diandaikan bahwa prinsip-prinsip hakiki dari Al-Qur’an bisa disesatkan seperti halnya Veda dan Injil dimana manusia menciptakan sekutu bagi Tuhan-nya serta ajaran Ketauhidan Ilahi diselewengkan dan disesatkan sehingga berjuta-juta umat Islam lalu mengikuti syirik dan menjadi penyembah makhluk, maka dalam keadaan seperti itu bisa jadi perlu diwahyukan syariat baru dan diutus seorang Rasul baru. Namun perandaian seperti ini jelas tidak masuk akal.
Penyesatan ajaran Al-Qur’an tidak mungkin terjadi karena Allah yang Maha Agung telah berfirman:
“Sesungguhnya Kami-lah yang telah menurunkan peringatan ini dan sesungguhnya Kami-lah pemeliharanya”. (S.15 Al-Hijr:10).
Kebenaran daripada nubuatan ini telah dibuktikan sepanjang sejarah selama 1300 tahun terakhir. Sejauh ini tidak ada ajaran pagan atau penyembahan berhala bisa berhasil menyusup ke dalam Al-Qur’an sebagaimana yang terjadi pada Kitab-kitab suci lainnya. Pikiran waras pun tidak bisa membayangkan bahwa hal seperti itu dapat terjadi. Berjuta-juta umat Islam telah menghafalkan Al-Qur’an di luar kepala dan terdapat ribuan buku tafsir yang akan menjaga arti dan pengertiannya. Ayat-ayatnya ditilawatkan dalam shalat lima kali sehari dan Kitab ini dibaca orang setiap hari. Kitab ini dicetak di semua negeri-negeri di dunia dalam jumlah jutaan buku dimana ajarannya karena diketahui oleh setiap orang sehingga kita pun menyadari secara pasti bahwa adanya perubahan atau penyimpangan dalam ayat-ayat Al-Qur’an merupakan suatu hal yang sama sekali tidak mungkin terjadi. (Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 100-102, London, 1984).




Selengkapnya...

Minggu, 17 Februari 2008

Umat Islam Terpecah 72 Golongan



22 Januari 2006 - Oleh: Hazrat Mirza Tahir Ahmad
Penterjemah: Abdul Mukhlis – Bogor

Imam Mahdi dan Al-Masih Sudah Sangat Diperlukan
Seorang berkebangsaan Arab bertanya kepada pemimpin Ahmadiyah di London. Pertanyaannya adalah, umat Islam menjadi terpecah disebabkan kedatangan Mirza Ghulam Ahmad dan Ahmadiyah. Al-Quran menyebutkan, umat Islam adalah satu Ummah dan Al-Quran adalah kitab Syariah yang terakhir dan sempurna, dan karenanya mengapa diperlukan lagi adanya nabi?



Penjelasan dan jawaban Pimpinan Ahmadiyah Hazrat Mirza Tahir Ahmad sebagai berikut:

Sebelum membahas pertanyaan mengapa diperlukan adanya nabi, marilah kita kembali sebelum ada seseorang mendakwakan diri menjadi nabi ummati. Sekarang mari kita bertanya apakah ummah memang satu sebelum ia men-dakwakan diri. Bukankah Al-Quran dan hadits yang ada sama dengan Al-Quran dan hadits yang ada sejak Rasulullah Saw., Namun ummah telah terpecah menjadi 72 golongan, apakah Anda menyebutnya satu ummah atau memilih untuk menyebutnya 72 ummah, sepenuhnya terserah kepada Anda, namun yang benar adalah bahwa telah terjadi perpecahan dan perpecahan itu terjadi bukan disebabkan oleh adanya nama-nama melainkan disebabkan oleh adanya perbedaan pandangan dan konsep. 72 golongan Islam memiliki perbedaan pandangan yang sedemikian rupa mengenai Al-Quran yang sama dan mengenai hadits yang sama sehingga orang yang memiliki pikiran jernih, mereka (72 golongan) tidak lagi dapat disebut satu ummah.

Hari ini pun, lupakanlah untuk sementara waktu mengenai Ahmadiyah dan apa missinya, marilah kita membahas pandangan golongan Syiah. Mereka beriman kepada Al-Quran dan mereka beriman kepada hadits Rasulullah Saw. Namun mereka pun berkeyakinan bahwa tiga khalifah Islam yang pertama adalah perampas hak orang lain dan bukan khalifah yang benar. Rasulullah Saw., menurut orang-orang Syiah, setelah beliau wafat hanya meninggalkan sepuluh orang suci. Sisanya semuanya munafik dan mereka yang Anda sebut dan kami juga meyakininya sebagai khalifah yang benar, menurut kepercayaan Syiah adalah para Raisul Munafiqin (Pemimpin orang-orang munafik). Sekarang, tuduhan ini diterima baik oleh orang-orang Muslim dan inilah yang mereka sebut sebagai satu Islam.

Sekarang mari kita mempelajari sekte Deobandi. Mereka meyakini bahwa sekte Barelwi adalah orang-orang musyrik. Sekte Deobandi memegang kepercayaan bahwa orang-orang yang berkeyakinan bahwa Rasulullah Saw. memiliki kehidupan yang abadi dan maha hadir seperti halnya Allah Ta’ala adalah orang-orang musyrik tingkat pertama dan tidak dapat diterima di dalam lingkungan Islam. Salah seorang dari pemimpin Deobandi memberitahukan kepada kami dan berkeras bahwa kita harus percaya bahwa semua orang-orang Barelwi setelah mereka meninggal, ketika mereka datang ke ‘Khausa Kausar’ mereka akan diperintahkan untuk pergi dan meninggalkan tempat itu seperti seseorang yang mengusir dan menghalau anjing pergi. Rasulullah Saw. menurut mereka, akan berkata kepada orang-orang Barelwi, “Pergilah kalian, kalian pikir diri kalian Muslim, tetapi aku mengetahui bahwa kalian bukanlah orang Muslim.”

Sekarang sejauh hubungannya dengan orang-orang Barelwi yang juga termasuk ke dalam ‘ummah yang satu’ dan kita juga beriman kepada Al-Quran yang sama dan hadits yang sama, namun mereka berpendirian bahwa semua orang-orang Wahabi, golongan yang menyebut dirinya mayoritas di Saudi Arabia, Ahli Hadits dan Deobandi semuanya adalah pakka kafir (kafir mutlak), sedemikian rupa, sehingga jika seseorang tidak percaya bahwa Golongan Wahabi, Ahli Hadits dan Deobandi kafir, maka ia sendiri menjadi kafir. Satu dari pemimpin terkenal Barelwi menjelaskan dalam bukunya ‘Hisamtil Harmain’, bahwa jika kalian sembahyang di belakang orang Deobandi, Wahabi, Ahli Hadits, Chakralwi, Syiah, Qadiani, dan lain-lain. Kalian akan menjadi kafir dan jika kalian mengijinkan mereka sembahyang di belakang kalian, kalian pun akan menjadi kafir. Dan jika kalian menikah dengan mereka dan jika mereka menikah dengan kalian, kalian akan menjadi kafir. Sedemikian rupa, sehingga ia menjelaskan jika mereka menikah di antara mereka sendiri pun, pernikahan itu menjadi tidak syah menurut hukum Islam.

Jadi demikianlah keadaan yang ada sebelum kedatangan Almasih yang dijanjikan, Mirza Ghulam Ahmad, dan sekarang pun masih demikian. Jadi marilah kita kemukakan lagi pertanyaannya. Apakah itu yang disebut satu Islam? Apakah demikian keadaannya pengikut dan anggota Ummah yang satu?

Tahukah Anda apa yang terjadi di Pakistan setelah kami (orang-orang Ahmadi) dideklarasikan sebagai non Muslim dan setelah kami dirampas haknya untuk me-nyebut diri kami Muslim. Apakah Anda sadar bahwa telah terjadi peperangan antara Sekte Barelwi dan Sekte Deobandi dan mereka menyebarluaskan pamflet-pamflet yang isinya masing-masing saling memfatwakan kafir dan bukan Islam.

Jadi jika demikianlah keadaan Ummah yang satu yang menjadi pecah oleh kedatangan Masih Mau’ud a.s. maka tidak ada masalah yang terjadi. Mengapa Jemaat Ahmadiyah harus nampak seperti golongan yang paling tidak dapat diterima di antara umat Islam.

Sekarang marilah kita bahas pertanyaannya secara prinsip.

Al-Quran adalah satu, dan tanpa di-ragukan telah sempurna. Hadits Rasulullah Saw. adalah final dan kedua-duanya terus menerus menjadi Kalimat yang harus diterima, yang harus diimani, yang harus diikuti sampai hari kiamat. Namun Rasul kita, meskipun beliau mengetahui hal ini bahwa Kitab Suci sudah sempurna dan beliau adalah Nabi yang terakhir hingga hari kiamat, beliau sendiri menubuatkan bahwa akan tiba masanya ketika Imam Mahdi akan datang dari sisi Allah dan diangkat oleh Allah. Sekarang marilah kita ajukan satu pertanyaan yang tulus – mengapa diperlukan Imam Mahdi dan mengapa Imam Mahdi harus diterima kita semua, sementara Al-Quran sudah sempurna; hadits sudah ada dan isi dari kitab-kitab ini sudah final. Namun menurut Rasulullah Saw., kalian memerlukan Imam Mahdi dan Anda sedang menunggu-nunggu Imam Mahdi. Mengapa kita memerlukan Imam Mahdi dan apakah kedudukan Imam Mahdi nantinya? Saya yakin Anda tidak pernah berpikir ke arah ini. Jika Anda memikirkannya sekarang, Anda akan terkejut bahwa kepercayaan Anda dan kepercayaan kami secara mutlak sama. Tidak setitikpun ada perbedaan dapat dibuktikan antara kepercayaan kami dan Anda. Anda percaya bahwa Imam Mahdi akan ditunjuk Allah Ta’ala dan tidak akan dipilih oleh masyarakat Islam. Tidak ada seorangpun Muslim yang percaya bahwa Imam Mahdi tidak akan dipilih Allah tetapi akan dipilih oleh masyarakat luas. Jika ada seorang Muslim yang berkepercayaan demikian, seluruh ulama dunia akan memfatwakan bahwa orang itu kafir, karena ia memegang keyakinan yang bertentangan dengan seluruh umat Islam. Jadi Imam Mahdi adalah satu pribadi yang akan datang, jika hingga sekarang ia belum datang, yang akan langsung diangkat dan ditunjuk oleh Allah. Namun demikian, ini adalah bagian dari keyakinan kita. Bagian selanjutnya dari keyakinan ini adalah bahwa siapa saja yang menolaknya akan menjadi kafir. Apakah pernyataan ini tidak benar? Seluruh ummah memiliki keyakinan terhadap dua hal ini, kecuali Chakralwi dan Ahli Hadits, tetapi pada saat ini saya tidak membahas mereka secara spesifik. Saya mengarahkan hal ini kepada ummah di luar mereka. Mereka berkeyakinan, Imam Mahdi akan ditunjuk langsung oleh Allah sendiri dan tidak akan ada pemilihan. Mereka juga percaya Imam Mahdi, sekali beliau ditunjuk maka ia akan menjadi imam seluruh ummah dan untuk sekalian alam dan siapa saja yang mendustakan beliau dan siapa saja yang menentang beliau, akan menjadi keluar dari Islam. Sekarang, dengan mengingat dua hal penting ini di dalam pikiran kita, sebutkan kepada saya (jika ada) contoh satu orang, siapa saja, setelah memiliki dua sifat ini dan dua potensi ini, tetapi ia bukan nabi. Sesungguhnya, tidak ada seorang manusia pun di dunia ini datang membawa dua kualitas ini tetapi bukan nabi. Sesungguhnya, tidak seorangpun di dalam sejarah semua agama-agama yang dapat disebutkan bahwa ada seseorang ditunjuk langsung oleh Allah namun untuk beriman kepadanya tidak diwajibkan. Bacalah ayat Al-Quran yang membahas mengenai iman dimana dijelaskan kepada siapa kalian harus beriman – Amantu billahi wa malaikatihi wa kutubihi wa rusulihi wa bil yaumil akhiri wa bil qadri khairihi wa syarrihi. Dari enam rukun tersebut hanya ada satu yang berhubungan dengan manusia dan itu adalah nabi-nabi. Jadi dari antara manusia, kecuali kepada nabi-nabi, Al-Quran tidak membebankan kewajiban kepada Anda untuk beriman kepada siapa pun, hanya kepada para nabi Allah kita harus beriman. Jadi menurut Al-Quran, hanya kepada nabi-nabi Allah wajib bagi kita beriman, kalau tidak kita akan menjadi kafir. Oleh karena itu, dari antara manusia kecuali kepada para nabi kita tidak diwajibkan untuk beriman kepada siapapun. Carilah kalau ada di dalam Al-Quran ayat-ayat yang mewajibkan kepada kita untuk beriman kepada seseorang selain kepada para nabi. Namun pandangan yang umum diterima ini Anda sendirilah menisbahkan-nya kepada Imam Mahdi. Siapa saja yang ditunjuk langsung oleh Allah maka dia adalah seorang nabi. Jadi Anda terus mengatakan bahwa Anda berkeyakinan tidak akan pernah datang nabi lagi meskipun seorang nabi pengikut, sementara Anda beriman kepada Imam Mahdi dan yakin bahwa Allah sendiri yang akan menunjuk dan mengangkatnya. Dengan demikian Anda sesungguhnya menentang keyakinan Anda sendiri. Sebenarnya, begitu Anda percaya kepada kedatangan Imam Mahdi berarti Anda percaya kepada kedatangan seorang nabi ummati. Jadi sekarang hanya tinggal pertanyaan tentang siapakah orangnya. Sejauh yang berkenaan dengan kepercayaan, setiap orang yang jujur dan benar pasti akan setuju dan menerima bahwa konsep mengenai Imam Mahdi adalah sesuai sekali dengan konsep yang kami sebut sebagai suatu kenabian ummati. Baik Anda menyebutnya nabi pengikut atau bukan, baik Anda menyebut-nya manusia atau bukan, hal itu tidaklah penting. Yang penting adalah definisinya. Jika Anda memanggil manusia anjing, ia akan tetap manusia. Jika seseorang memiliki kualitas Imam Mahdi maka ia akan tetap menjadi Nabi, bagaimanapun Anda me-manggilnya, meskipun jika Anda tidak beriman kepadanya, ia akan tetap seorang nabi.

Kemudian Anda percaya, Nabi Isa akan datang untuk kedua kalinya. Dalam kedudukannya sebagai apa ia akan datang lagi? Akankah ia meninggalkan pangkat kenabiannya di atas langit, jika benar ia akan turun dari langit? Tentu saja tidak. Karena semua ulama Muslim percaya dan memfatwakan bahwa siapa saja yang percaya dan mengatakan ketika ia akan datang lagi ia akan meninggalkan pangkatnya di langit dan akan datang sebagai seorang biasa, adalah seorang pendusta dan berada di luar dan keluar dari batas-batas Islam. Ini adalah ke-percayaan yang umum dipegang setiap ulama Islam, baik ia Ahmadi maupun bukan. Dasar dari keyakinan ini adalah, Rasul kita Saw. sendiri menubuatkan, ketika Nabi Isa a.s. datang lagi ia akan datang sebagai seorang nabi. Di dalam kitab Hadits Muslim Rasulullah Saw. sendiri menyebut Nabi Isa empat kali bahwa beliau adalah Nabiyullah pada kedatangannya yang kedua kali. Dengan demikian, sesuai dengan Hadits Muslim, Anda juga percaya Almasih akan datang dan ia datang sebagai seorang NABI… Sekarang, bersikaplah sebagai manusia yang memiliki akal yang waras dan bersikap jujur. Anda mengeluarkan kami dari Islam karena kami percaya Almasih Mau’ud a.s. adalah seorang Nabi, sementara Almasih yang kalian tunggu-tunggu itu sendiri adalah Nabi. Jadi jika Masih Mau’ud a.s. berkata, ‘Aku bukan Nabi. Rasulullah Saw. akan memfatwakan Masih Mau’ud seorang pendusta, karena beliau Rasulullah Saw. akan bersabda, ‘Tidakkah engkau membaca Hadits Muslim? Saya sendiri telah menyebut Almasih yang akan datang di dalam umat ini sebagai Nabi.’ Jadi jika ada seseorang mendakwa-kan diri bahwa ia adalah Almasih yang ditunggu-tunggu dan ia bukan Nabi, maka ia pasti seorang pendusta. Anda tidak mungkin membuktikannya lain. Namun, menurut akal Anda, jika ada seseorang mendakwakan diri sebagai Almasih dan berkata bahwa ia Nabi, ia juga seorang pendusta. Jadi Almasih yang bagaimanakah yang dapat datang ke dalam umat ini. Dari satu sudut pandang ia adalah seorang pendusta, karena ia berkata bahwa ia adalah sang Almasih dan seorang Nabi tapi Anda mengatakan bahwa pintu kenabian telah berakhir dalam bentuk apapun. Dan jika ia berkata, baiklah, bahwa ia adalah Almasih namun bukan Nabi maka Anda akan mengatakan bahwa ia adalah pendusta, karena Rasulullah Saw. mengatakan bahwa Almasih yang akan datang adalah seorang Nabi.

Jadi apa solusinya? Satu-satunya solusi yang dikemukakan ulama-ulama Muslim kepada saya bahwa ia adalah seorang Ummati, benar seorang Nabi tetapi nabi ummati.

Dengan kedudukannya sebagai Nabi Ummati ia tidak menentang kedudukan Nabi Muhammad Saw. sebagai Nabi penutup – dan inilah sebenarnya apa yang kami yakini. Kami tidak memegang kepercayaan tentang bentuk kenabian baru (Kenabian yang datang di luar umat Islam dan membawa syari’at baru. Kami memiliki keyakinan tentang seorang Nabi Ummati, Nabi yang berada di bawah syari’at nabi sebelumnya, sebagaimana dinubuatkan di dalam Al-Quran, Surah An-Nisa (3:70-71):

“Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka mereka akan berada di antara mereka yang Allah Ta’ala telah memberi nikmat, yaitu, nabi-nabi, syuhada-syuhada, shiddiq-shiddiq, dan orang-orang shalih, dan betapa mereka itu sebaik-baiknya sahabat. Ini adalah karunia dari Allah; dan cukuplah bagi Allah Yang Maha Mengetahui.’

Jadi siapa saja yang akan menerima ganjaran Rasulullah Saw. menurut ayat ini, ia harus tunduk kepada Rasulullah Saw.. Begitu ia menjadi pengikut, menurut ayat ini tidak akan ada ganjaran yang akan dimahrumkan darinya, baik yang pertama maupun yang terakhir, karena semua ganjaran itu disebutkan secara berurutan, yaitu, nabi-nabi, shidiq-shidiq, syuhada dan solihin – jadi kepercayaan Anda dan kepercayaan kami mengenai kenabian benar-benar sama. Terapkan hal yang sama kepada Imam Mahdi, yang Anda yakini akan datang; maka keyakinan kami mengenai Imam Mahdi, dan keyakinan Anda benar-benar sama. Ia haruslah seorang nabi pengikut. Terapkan sekarang kepada Almasih yang dijanjikan. Sekali lagi di sini pun kepercayaan kita mengenai Almasih yang dijanjikan seratus persen sama. Jadi, hanya menyebut seorang nabi bukan nabi, tidak bisa membebaskan Anda dari dosa atau apapun, sesungguhnya hal ini malah menjadikan Anda seorang yang berdosa, karena beriman kepada seseorang yang akan memiliki kedudukan tertentu; Anda tetap tidak setuju untuk memanggil-nya dengan kedudukan itu yang Anda sendiri meyakininya – ini adalah satu pelanggaran. Dan kami tidak melakukan pelanggaran itu; kami bersikap jujur, kami berbicara terus-terang. Jadi pertanyaannya sederhana sekali, yakni, Apakah Imam Mahdi sudah datang atau belum. Dan ini adalah pertanyaan yang adil. Anda me-manggil kami non-Muslim karena kami berkeyakinan kepada seorang nabi baru. Jika kami menjadi kafir karena hal ini, karena keyakinan Anda sama dengan kami, maka setiap orang dari antara kita adalah kafir, tidak ada seorang Muslim pun lagi yang tertinggal. Jadi, ini adalah satu aspek yang harus Anda ingat selalu.

Aspek yang kedua adalah Al-Quran sudah sempurna. Sesungguhnya Al-Quran itu tidak berubah. Namun demikian, maknanya telah berubah. Ayat yang sama telah ditafsirkan begitu berbeda seolah-olah berasal dari kitab yang berbeda. Contohnya, Anda mungkin pernah men-dengar mengenai kontroversi apakah nabi kita Rasulullah Saw. Nur atau Basyarnur atau manusia. Dan kata yang sama di-pergunakan oleh kedua belah pihak untuk mendukung pendirian mereka. (Surah 18:111).

“Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku adalah manusia seperti kamu; tetapi aku telah menerima wahyu bahwa Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa. Maka barangsiapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya hendaklah ia mengerjakan amal shaleh, dan tidak menyekutukan sesuatu kepada Tuhannya.’”

Sekte Barelwi menyimpulkan ayat ini bahwa Rasulullah Saw. bukanlah manusia dan Golongan Deobandi menyimpulkan beliau adalah Basyar. Ayat-ayat yang sama di dalam Al-Quran telah ditafsirkan dengan cara yang begitu berbeda sehingga membuat orang terkejut dan terkesima, tidak tahu apa yang harus diperbuat dan apa yang tidak boleh dilakukan. Contohnya, Golongan Syiah menyimpul-kan dari ayat (9:40) makna yang sama sekali berbeda:

“Jangan khawatir, sesungguhnya Allah bersama kita.”

Mereka berkata karena Hazrat Abu Bakar r.a. berada dalam keragu-raguan, maka Rasulullah Saw. harus bersabda, menurut Allah, la Takhzan, dan hal ini memperlihatkan bahwa beliau (naudzubillah) adalah seorang munafik. Dan orang yang lain lagi mengatakan bahwa betapa indahnya ayat ini mendukung Abu Bakar r.a.. Rasulullah Saw. bersabda kepada beliau bahwa ia ada di antara mereka. “Allah tidak saja ada bersama-sama denganku tetapi bersama engkau juga.”

Makna yang mana yang Anda sukai, boleh Anda terima, tetapi makna yang kedua adalah pegangan kami. Sejauh hubungannya dengan kontroversi itu, ia terus berjalan. Jadi adanya satu Kitab tidak menutup kemungkinan adanya perbedaan pendapat dalam hal-hal yang fundamental. Dan perbedaan itu terjadi pada hal-hal yang sungguh memuakkan. Contohnya, ada ayat di dalam Al-Quran, menjelaskan situasi bagaimana Rasulullah Saw. diperintahkan untuk menikahi istri anak angkatnya yang telah diceraikan, yaitu perceraian Hazrat Zaid. Zaid adalah anak angkat Rasulullah saw. Dan wanita itu telah bercerai dari Zaid. Al-Quran menjelaskan bahwa Allah Maha Mengetahui apa yang ada di dalam hatimu. Dan Allah mengharuskan beliau menikah (Surah 33:38-39).

Tahukah Anda bagaimana para mufasiirin terdahulu menafsirkan ayat ini? Bacalah Tafsir Itqan, bacalah Kitab Jalalain, bacalah kitab tafsir lainnya dan jika Anda memiliki kecintaan yang sejati kepada Rasulullah Saw. Anda akan muak membaca apa yang mereka katakan. Mereka mengatakan bahwa Allah Ta’ala berkata kepada Rasulullah Saw. yakni ketika beliau melihat Hazrat Zainab, sebetik cinta muncul di dalam hati beliau dan khawatir jika orang lain mengetahui hal itu, dan beliau merasa malu. Tetapi Allah telah mengetahuinya, karena Dia Maha Mengetahui. Jadi mengetahui ke-adaan hatinya, Dia mengijinkan Rasulullah untuk menikah dan berkeras agar beliau menikah. Suatu hal yang sungguh memalu-kan untuk dikatakan. Mereka berkata dan mereka membesar-besarkan hal ini dengan menggunakan hadits-hadits palsu bahwa Rasulullah Saw. suatu ketika datang ke rumah Hazrat Zaid dan tanpa mengetuk pintu beliau langsung masuk. Hazrat Zainab waktu itu dalam keadaan di mana beliau tidak dapat dengan segera menutupi tubuh beliau dan Rasul kita Saw. (nauzubillahi min dzalika) melihatnya dalam keadaan seperti itu dan jatuh cinta. Hal ini bisa saja terjadi pada diri ulama-ulama biasa, tapi tidak mungkin terjadi pada diri Nabi kita Rasulullah Saw.. Rasulullah saw. sendiri bersabda (Surah 24:28-29):

“Wahai orang-orang yang beriman! Jangan-lah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sendiri sehingga kamu meminta izin dan mengucapkan salam kepada peng-huninya. Hal itu lebih baik bagi kamu supaya kamu memperhatikan. Dan jika kamu tidak menemukan siapapun di dalamnya maka janganlah kamu memasukinya sehingga kamu diberi izin. Dan jika dikatakan kepada-mu ‘kembalilah,’ maka kembalilah; hal itu lebih suci bagimu. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Janganlah masuk pintu rumah siapa saja tanpa memberi salam dan minta izin. Beliau diajarkan mengenai hal ini oleh Allah Ta’ala sendiri, sebagaimana kita baca di dalam surah As-Shaf (61:3-4):

“Hai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan? Sesungguhnya sangat dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.”

Para mufasir ini mengatakan Rasulullah Saw. melarang orang lain untuk masuk rumah meskipun keluarganya sendiri tanpa mengucapkan dan meminta izin lebih dulu, namun beliau sendiri melaku-kan hal demikian, dan ketika beliau melihat Hazrat Zainab, beliau jatuh cinta. Betapa memalukan – beliau adalah wujud yang begitu bertaqwa; tidak mungkin pikiran kotor seperti itu memasuki hati beliau. Rasulullah Saw. sendiri yang telah berkata bahwa setan beliau telah menjadi Muslim.

Sekarang marilah kita lihat Masih Mau’ud a.s., yang telah kami terima dan yang kepadanya Anda merasa bangga memanggil beliau dengan nama buruk dan menyebut beliau seorang pendusta, bagaimana beliau menafsirkan ayat tersebut. Beliau bersabda bahwa Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati Rasulullah Saw. dan mengetahui bahwa penderitaan ini begitu menghimpit hati beliau. Beliau merasa sedih dan begitu merasa sedih mengenai ide menikahi istri anak angkatnya yang telah diceraikan. Namun Allah Ta’ala memberitahu Rasulullah Saw. agar mem-berikan contoh dan untuk memberitahukan kepada masyarakat bahwa kebiasaan adopsi sejak saat ini telah dicampakkan untuk selamanya. Dan Allah berfirman bahwa, meskipun ini menjadi pengorbanan dari pihak beliau, beliau maju terus dan melaksanakannya.

Jadi cara yang paling tepat untuk menilai Masih Mau’ud a.s. adalah dengan cara mempelajari buku-buku beliau dan menemukan, di mana telah terjadi perbedaan pendapat di antara golongan dan para ulama ummah, jika beliau mem-berikan keputusan, apakah menurut pikiran dan kecenderungan Anda sendiri, keputusan beliau lebih tepat dari yang lain atau tidak. Jika Anda membaca dan mempelajari Hazrat Masih Mau’ud [Mirza Ghulam Ahmad a.s.] dengan cara seperti ini hanya setelah itu Anda akan mengerti makna kedatangannya, dan hanya setelah itu Anda akan mengerti makna kata “Hakaman Adalan” Masih Mau’ud a.s. duduk di atas kursi pemberi keputusan dan seluruh keputusan beliau adalah benar. Itulah keindahannya dan itulah alasan mengapa beliau harus datang. Beliau datang tidak untuk menambah-nambah Al-Quran, tetapi untuk mengembalikan apa yang telah dihilangkan dalam penafsiran Al-Quran. Inilah arti dari Hakaman Adalan dan inilah dasarnya mengapa beliau harus datang.

Jadi, ada begitu banyak contoh yang lain yang dapat dikutip sebagai bukti dan mendukung keyakinan saya.

Adalah Allah yang telah memutuskan di antara kita dan Anda sejak berdirinya Jemaat Ahmadiyah. Setiap kali peng-aniayaan ditimpakan kepada Ahmadiyah dan orang-orang Ahmadi, dan setiap kali setelah adanya ujian penganiayaan, Ahmadiyah maju bertambah besar dan luas, dan tidak pernah berkurang. Jadi, semakin besar penganiayaan semakin besar kabar suka diberikan kepada kami. Kami tidak merasa takut sedikitpun. Apa yang terjadi pada tahun 1933 dan 1934 serta 1953 dan apa yang terjadi tahun 1974. Setelah setiap penganiayaan ini Jamaah Ahmadiyah keluar sebagai pemenang dalam arti Jamaah ini menambah pengikut-nya lebih banyak dan lebih cepat dari sebelumnya. Jamaah Ahmadiyah mem-bengkak dalam jumlah, kedudukan dan pengaruh. Jadi, satu Jamaah yang memiliki takdir seperti ini, adalah takdir yang hanya merupakan takdir dari nabi-nabi yang benar. Bagaimana mungkin Jamaah seperti itu ditakuti-takuti oleh mayoritas? Apa dan siapakah yang mayoritas itu? Jika mayoritas itu tidak benar dalam pandangan Allah, apa artinya mayoritas seperti itu. Banyak mayoritas seperti itu, ditolak Allah sebelumnya. Setiap nabi telah disebut dan difatwakan kafir oleh masyarakat mayoritas di masanya. Ambil satu contoh jika ada nabi yang tidak difatwakan pen-dusta oleh mayoritas di zamannya. Sekarang-pun Islam tidak menduduki kedudukan mayoritas. Sekarangpun, mereka yang me-nentang Rasulullah Saw. dan memfatwakan beliau sebagai pendusta, menduduki mayoritas yang besar dibandingkan dengan mereka yang beriman kepada beliau. Jadi me-mutuskan dengan suara mayoritas, hendaklah Anda terlebih dahulu meninggalkan Islam baru menyerang Ahmadiyah, karena mayoritas masyarakat dunia menentang Islam. Bahkan golongan Atheis lebih besar dari Islam, dan paling tidak orang-orang Atheis bersatu dalam keyakinan mereka, sementara umat Islam tidak bersatu dalam keimanan mereka. Semua golongan Islam bertentangan satu sama lain secara diametrikal, sehingga jika satu golongan benar, golongan yang lain pasti salah, dan Anda telah berdusta, saya mohon maaf untuk mengatakannya, dengan menyebut mereka Muslim sepanjang zaman. Hanya dalam melakukan permusuhan dan peng-aniayaan terhadap Ahmadiyah, Anda duduk bersama melupakan semua perbedaanperbedaan kalian yang sangat fundamental, dan mengeluarkan fatwa bahwa semua orang adalah Muslim (kecuali Ahmadiyah). Siapa saja menyebut Abu Bakar Raisul Munafikin, juga Muslim. Siapa saja menyebut umat ini kafir sekafir-kafirnya, juga Muslim. Siapa saja yang percaya pada kekekalan Rasulullah Saw., juga Muslim. Siapa saja yang berkata bahwa mereka yang percaya kepada hal itu mereka kafir dan penyembah berhala, juga Muslim. Mereka yang ruku’ dan sujud di kuburan, juga Muslim dan mereka yang mengatakan bahwa itu sebenarnya adalah penyembahan berhala, juga Muslim.

Jadi, betapa indahnya agama Islam. Segala sesuatu boleh masuk dan semuanya dapat diterima, hingga yang saling bertentangan secara diametrikal dan berbeda secara fundamental. Jika itu yang dikatakan Islam, ia bukanlah agama; karena tidak memiliki kata hati; dan tidak memiliki rasa kemanusiaan. Jika seseorang itu memiliki jiwa kemanusiaan dan jujur, hendaklah ia bersikap jujur kepada diri-nya sendiri. Anda memiliki hak, tentu, untuk menyebut kami non-Muslim. Jika Anda yakin, tapi panggil juga yang lain sebagai non-Muslim, karena perbedaan mereka dengan Anda lebih besar dalam sensitifitas dan bobotnya, daripada perbedaan Anda dengan kami.

AMA, 26.07.00, A Question Answered, Darut Tabligh Islami Publication, P.O. Box 4195 Cape Town


Selengkapnya...

Sifat-Sifat Nabi Muhammad saw

Wahai kalbuku, ingatlah Ahmad
Sumber petunjuk dan pemusnah musuh.

Ia yang saleh, lembut dan pengasih
Samudra karunia dan keberkatan.

Ia cemerlang bak bulan purnama,
Terpujilah semua fitratnya.
Kelembutannya menawan nurani
Kecantikannya menawar dahaga hati.


Para penguasa menolak dirinya
Begitu tak adil, begitu angkuhnya.



Tak seorang pun menyangkal kebenaran
Jika telah mewujud sempurna.
Cobalah cari wujud sesempurna dirinya
Kalian akan kecewa berputus asa.

Tak pernah ditemui seseorang mirip dirinya
Yang telah menggugah mereka yang terlena.

Ia adalah Nur Ilahi yang menghidupkan lagi
Semua cabang pengetahuan menyegar kembali.

Ia adalah wujud pilihan yang terpilih
Pembimbing dan sumber segala berkat.

Hujan petunjuk hanyalah sebagian dari
Hujan deras belas asihnya.

Dunia terlupa akan gerimis kecil
Saat melihat hujan dahsyat dari imam ini.

Saat ini mereka yang kejam berusaha memadamkan
Nyala api obor petunjuknya.

Lambat laun, Allah akan
Mewujudkan nurnya.

Wahai hujan yang mencurah siang dan malam
Engkau telah terpelihara dari kehancuran.

Engkau telah mengairi pepohonan di dataran rendah
Dan di dataran tinggi dengan karuniamu.

Engkau adalah pelabuhan perlindungan
Dan setelah menemukan pelabuhan demikian,
Tak lagi kami cemas akan bahaya mengancam
Tak lagi kami takut akan keseraman sebuah pedang.

Tak ada kami takut akan lindasan waktu
Tidak juga oleh berbagai ancaman.

Di saat setiap prahara menghampiri
Kami berpaling kepada Tuhan kami.

Pada setiap pertandingan,
Antara diriku dan bala pasukan musuh,
Aku selalu muncul sebagai pemenang, dihormati
Dan menerima pertolongan Ilahi.

Puji syukur kepada Allah. Puji syukur kepada-Nya
Karena telah mengenali pembimbing kami.

Wahai sahabat, sesungguhnya Allah
Yang telah mengkaruniakan berkat ini.

Ia adalah Malam Lailatul Qadar
Dengan segala keabadian berkatnya.

(Karamatus Sadiqin, Ruhani Khazain, vol. 7, London, 1984 hal. 70-71).




Selengkapnya...

Nabi Muhammad saw Penghulu dan Pembimbing

Nabi yang bernama Muhammad itu,
Kami selalu berpegang kepada jubahnya.

Kasihnya yang masuk tubuh melalui susu ibu kami,
Menjadi nyawa kami yang bertahan sampai maut nanti.

Ia adalah Nabi terbaik dan makhluk tersempurna,
Kenabian menjadi sempurna dalam dirinya.


Kami minum dari sumber mata airnya,
Siapa yang telah kenyang, masih akan dipuaskan olehnya.


Apa pun wahyu atau ilham yang dikaruniakan kepada kami
Adalah karenanya, bukan karena diri kami.

Melalui wujudnya kami diberkati bimbingan dan kesempurnaan,
Tanpa dirinya, tak mungkin kami bertemu dengan yang Maha Abadi.

Mengikuti ajarannya tergurat di hatiku,
Apa pun yang berasal daripadanya adalah imanku.
(Siraj Munir, Ruhani Khazain, vol. 12, hal. 95).






Selengkapnya...

Jumat, 08 Februari 2008

Ajaran Islam untuk Kedamaian dan Keamanan tingkat Global


Jumat, 2008 Februari 08
Friday Sermon

Ajaran Islam untuk Kedamaian dan Keamanan tingkat Global
Izin Perang dalam Islam hanya sebatas untuk menghilangkan Kekacauan di Dunia
KHUTBAH JUM’AT HADHRAT AMIRUL MUKMININ KHALIFATUL MASIH V aba. Tanggal 29-6-2007 dari Mesjid Baitul, United Kingdom
Setelah mengucapkan Syahadat, memohon perlindungan dan menilawatkan Al-Faatihah, Hudhur aba. bersabda:
Di dalam khutbah yang lalu saya telah menyebutkan akan berbicara mengenai hal berkenaan dengan keadilan dan kaitannya dengan kedamaian dan kerukunan, mengenai perintah yang ada di dalam Kitab Suci Al-Qur’an, bahwa dengan menegakkan keadilan itu kita dapat menegakkan dasar asas dari kedamaian dan kerukunan di dunia; di mana dasar dari semuanya itu adalah ketakwaan. Didalam Kitab Suci Al-Qur’an ada begitu banyak penekanan untuk mendapatkan kualitas dari ketakwaan yaitu bahwa, sama sekali tidak diharapkan dari seorang mukmin orang yang beriman itu, sampai kapan pun juga bahwa dia itu akan ikut serta di dalam perbuatan yang menyebabkan hilangnya kedamaian di dunia dan timbulnya kekacauan. Mengenai hal ini Ajaran dari Al-Qur’an yang saya sebutkan tadi, dari sudut pandang ini bahwa tidak ada orang Muslim baik secara pribadi maupun dalam tingkatan Pemerintah, bahwa ia itu ada izin untuk bersikap tidak ramah terhadap orang-orang itu. Islam menekankan bahwa kita itu dalam menciptakan hubungan pertalian di antara orang itu harus berdasarkan hubungan yang baik, yang serasi dan harmonis dengan semua orang-orang; kecuali terhadap mereka yang secara langsung melakukan peperangan terhadap orang-orang Muslim.


Dalam konteks tersebut pada hari ini saya ingin menyebutkan beberapa ajaran dari Islam dalam perkara ini, yaitu dalam keadaan apa dan bagaimana serta sejauh manakah izin untuk berperang itu diberikan? Jika jalan ini tidak diambil, jalan yang sudah di-izinkan di jaman pada awalnya Islam itu, maka kekuatan apakah yang sebagai hasil dari keadaan tersebut dan betapakah konsekwensi beratnya sebagai akibatnya dari itu? Atau apakah mungkin bahwa konsekwensi berat semacam itu ada di sana? Sehingga hal tersebut telah membuktikan bahwa ijin untuk membunuh dalam perang tersebut adalah demi untuk menegakkan kedamaian dan bukannya untuk menciptakan kekacauan di dunia.

Sedangkan mereka yang biasa berpropaganda buruk terhadap Islam, maka terhadap mereka itu bisa dikatakan bahwa pihak lawan dari Islam ini dan para pendukungnya yaitu mereka yang berdiri mendukungnya itu, jika kita melihatnya pada agama mereka itu sendiri dan tindakannya mereka itu sendiri serta segala usaha yang dilakukannya untuk menghancurkan kedamaian dari dunia, maka jika kami melihatnya kesana, tidak ada kesempatan bagi mereka untuk dapat melarikan diri dari sana, yaitu, bahwa tujuan mereka itu tidak lain hanyalah ingin memanfaatkan kebencian dan perasaan buruk hati serta dendam yang ada di dalam hatinya. Maka ajaran yang ada di dalam Kitab Suci Al-Qur’an yang Dia telah berikan kepada kita, saya akan menyebutkannya beberapa butir tentang hal ini dan yang akan saya terangkan lebih jauh, bahwa izin untuk berperang tersebut adalah perang untuk mempertahankan diri, demikianlah maksud dan tujuannya itu. Dengan melalui cara ini, maka ajaran yang indah dari Islam itu akan menjadi terbukti dengan lebih jelas lagi. Inilah ajaran yang jika diperbandingkan dengan ajaran apa pun dari agama lainnya maka ajaran Islam itu akan lebih dan sangat menonjol lagi dalam kedudukannya dan tidak akan ada ajaran lainnya yang dapat menandinginya. Jadi, tidak ada orang Ahmadi sampai kapan pun manakala mereka itu harus memberikan jawaban kepada seseorang yang lawan dari Islam, maka tidak ada sesuatu kesulitan dalam hal tersebut. Karena setiap perintah dari Kitab Suci Al-Qur’an adalah penuh dengan kebijaksanaan, yang maksudnya dari ajaran ini adalah untuk menegakkan hak-hak terhadap Allah dan hak-hak kepada sesama manusia.

Hadhrat Imam Mahdi, Al-Masih yang dijanjikan, Masih Mau’ud a.s. , berkenaan dengan peperangan tersebut di mana mereka telah bertempur di zamannya Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah s.a.w. atau di zaman Khalifah beliau, maka mereka itu telah bertempur dalam perang dengan berdasarkan pada 3 alasan untuk itu, yaitu:
• Alasan nomor satu adalah bahwa peperangan itu adalah untuk mempertahankan diri dengan maksud untuk mendapatkan keamanan; mempertahankan diri dengan maksud untuk melindungi diri sendiri.
• Yang kedua adalah sebagai bentuk hukuman yang merupakan tindakan balasan yang sama terhadap kejahatan yang telah mereka lakukan; untuk menghukum orang-orang ini, yang telah menumpahkan darah orang-orang Muslim yang tidak berdosa, inilah yang diambil oleh Pemerintahan Islam yang ada di sana; mereka ada hak untuk melakukannya.
• Yang ketiga adalah untuk menegakkan kemerdekaan, dengan tujuan untuk membina kekuatan terhadap mereka yang menjadi lawan dari Islam, yaitu agar supaya dapat melakukan hal tersebut dalam menghadapi orang-orang yang melakukan penindasan terhadap orang Muslim pada zaman itu karena mereka itu punya kekuatan.

Sekarang kita lihat bahwa di dalam kejadian-kejadian tersebut, yang dalam bentuk pertempuran dan atau perkelahian itu, bagaimanakah ajaran Islam itu. Jika kita memperhatikan pada ajaran-ajaran tentang perang ini, bahkan orang awam yang biasa pun, yang dengan kepandaian yang biasa saja, ia itu akan dapat mengerti bahwa di dalam keadaan-keadaan yang seperti itu maka orang-orang Muslim ini diberikan izin untuk pergi berperang; jika izin ini tidak diberikan maka kedamaian dari dunia itu dapat terganggu atau sama sekali dihancurkan. Ini adalah ajaran yang sedemikian bagus dan sempurnanya, sebagaimana yang saya katakan sebelumnya, bahwa tidak ada ajaran dari agama lainnya, apakah Kristiani atau agama yang lainnya, sama sekali tidak akan dapat menandinginya. Allah Taala berfirman di dalam Kitab Suci Al-Qur’an:

Surah Al-Hajj (22) ayat 40:
Telah diizinkan bagi mereka yang diperangi, disebabkan karena mereka itu telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah berkuasa menolong mereka.

Bahwa orang-orang yang terhadap mereka diperangi, dikarenakan mereka itu ditindas dan dianiaya maka mereka itu di-izinkan untuk berperang dan Allah Yang Maha Kuasa memiliki Kekuatan dan Kekuasaan untuk menolong orang-orang tersebut. Di mana Allah Taala berfirman:
Surah Al-Hajj (22) ayat 41:
Orang-orang yang telah diusir dari rumah mereka tanpa alasan yang hak, hanyalah karena mereka itu berkata, “Tuhan kami adalah Allah.” Dan sekiranya tidak ada tangkisan Allah terhadap sebagian manusia oleh sebagian yang lain, maka akan hancurlah biara-biara serta gereja-gereja Kristiani dan rumah-rumah ibadah Yahudi serta mesjid-mesjid yang banyak disebut nama Allah di dalamnya. Dan pastilah Allah akan menolong siapa yang menolong Dia. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa, Maha Perkasa.

Yang terjemahannya adalah bahwa orang-orang yang diusir dari rumah-rumah peribadatan mereka dikarenakan mereka berkata Allah Yang Maha Kuasa adalah Tuhan kami, Rabb kami, maka untuk orang-orang ini Allah Taala membuatnya berbeda dengan membuat mereka itu bertempur satu terhadap yang lainnya. Jika tidak demikian halnya maka akan dihancurkannyalah oleh mereka kuil-kuil, gereja-gereja, mesjid-mesjid dan biara-biara di mana Nama Allah banyak diingat dan diserukan, demikianlah Allah Taala hanya menolong orang-orang yang seperti itu. Allah itu Maha Kuasa dan Dia-lah satu Wujud Tunggal Yang ber-Kuasa dan memiliki keunggulan penuh.

Jadi dapat dikatakan bahwa izin itu diberikan kepada orang-orang tersebut, yang pertama: yuqaataluna bi annahum zhulimuu (QS 22:40) karena mereka itu diserang dan dizalimi serta dijadikan objek penindasan dengan tanpa alasan yang benar, maka oleh karena itu sekarang mereka ini diizinkan bahwa sekarang Pemerintah kalian sudah berdiri sehingga kalian juga dapat bertindak. Jika ada seseorang datang untuk membunuh-mu, maka kalian dapat melindungi diri-mu sendiri dan jika Pemerintahannya sudah berdiri, maka sebagai hukuman bagi mereka, kalian pun dapat melakukan tindakan tersebut dan hal kedua yang disebutkan di sana: ukhrijuu min diyaarihim bi ghairi haqqin (22:41) bahwa orang-orang ini yang terusir dari rumah-rumah mereka dengan tanpa sesuatu alasan dan apakah kesalahan mereka itu? Kesalahannya mereka itu hanyalah karena menyatakan bahwa Allah adalah Tuhan-ku. Kemudian Allah Yang Maha Kuasa berfirman bahwa jika izin ini tidak diberikan, di mana izin ini diberikannya adalah kepada orang-orang Muslim setelahnya mereka menderita dengan menahan penindasan dan penganiayaan untuk waktu yang benar-benar sangat lama, sehingga di sana terjadi keresahan dan tidak adanya kedamaian di mana-mana di dunia. Azas inilah yang disebutkan di sana, yaitu ketika ada bangsa-bangsa yang untuk waktu yang amat dan sangat lamanya mereka itu menjadi obyek dari penindasan dan penganiayaan, di mana mereka itu menjadi korban dari orang-orang tersebut maka kemudian izin untuk berperang itu diberikan kepada mereka. Bilamana mereka sudah memiliki Pemerintahan dan memiliki hak-haknya maka mereka ini diizinkan untuk pergi berperang. Tetapi tujuan dari peperangan ini adalah untuk menghapuskan ke-tidak-adilan yang sudah dikenakan kepada mereka, dan bukannya agar dapat melakukan pembalasan dengan melakukan tindakan yang melewati batas, hal ini sudah disebutkan secara khusus. Kebijakan yang amat hebat ini, ini juga harus dipegang demi untuk melindungi agama-agama yang lainnya. Jika izin untuk berperang ini tidak diberikan maka para penyerang ini akan menghancurkan kedamaian dan akan mengganggu semua agama-agama dan para pengikutnya; inilah yang dapat menambah-nambah kebencian dalam masyarakat.

Allah Taala di sini menyebutkan tentang kapan waktunya izin ini diberikan, hal ini ada di sana. Bilamana ada orang-orang yang melakukan tindakan yang tidak adil, lalu orang ini melemparkan kesalahannya kepada Islam, maka yang demikian itu adalah sama sekali salah dan merupakan pikiran yang jahat, karena izin ini hanyalah untuk mempertahankan diri terhadap perbuatan yang tidak adil, yang dilakukan orang terhadap mereka. Islam tidak menggunakan kekerasan dalam hal agama, dikatakan, tidak ada paksaan di dalam hal agama, dan juga tidak mengizinkan seseorang masuk ke dalam agama itu dengan paksaan atau kekerasan, atau memaksa mereka untuk harus tetap berada pada agamanya.

Urusan agama itu adalah milik dari masing-masing orang. Oleh karena itu, setiap orang mempunyai hak untuk hidup menurut kepercayaan agamanya sendiri. Di dalam instruksi dan perintahnya kepada orang-orang Muslim, diminta untuk menaruh perhatian pada instruksi ini, bahwa kalian itu punya aturan, bahwa kalian itu harus menjaga diri dari tindakan perbuatan seperti menghancurkan kuil-kuil dan tempat-tempat beribadah agama lainnya dengan tanpa keadilan. Karena jika tidak begitu, maka akan terjadi sesuatu yang buruk dan yang jika terus terjadi, maka hal itu akan menciptakan suasana keresahan dalam masyarakat. Malangnya, sekarang ini di beberapa Negara yang beberapa daripadanya disebut sebagai Negara Islam, di mana Pakistan itu adalah salah satunya, di sana ada orang-orang yang mencari-cari keuntungan pribadinya belaka, yaitu para Mullahnya juga, yang dengan meng-atas-namakan agama, mereka menindas dan menganiaya orang-orang Kristiani. Ada disebutkan di dalam surat kabar baru-baru ini bahwa mereka itu memberikan ultimatum kepada orang-orang tersebut agar meninggalkan agama kalian, karena jika tidak begitu, maka engkau akan dibunuh atau kuil-kuilmu akan dihancurkan, gereja-gereja kalian akan dihancurkan, di mana pada beberapa tahun ini demikianlah yang telah terjadi. Inilah hal-hal yang telah membawa buruk terhadap nama Islam. Para lawan-lawan Islam, mereka ini memiliki kesempatan untuk mengangkat telunjuknya, dalam memperlihatkan keberatannya terhadap Islam.

Hari-hari ini, orang-orang Muslim di mana-mana, mereka itu sedang berhadapan dengan kasus Salman Rushdie, diikarenakan orang-orang ini telah mengabaikan perintah dari Allah, di mana janji dari Allah Taala itu adalah bahwa, agar supaya dalam melakukan pembelaan diri itu, kalian harus menjauhkan diri dari ke-tidak-adilan, hanya dengan demikianlah Allah Yang Maha Kuasa akan menolong kamu. Sekarang, kami melihatnya bahwa pertolongan dari Allah itu tidak ada, tidak ada pada orang-orang Muslim ini di Negara yang mana pun juga. Lebih-lebih dari itu, perbuatan mereka yang tidak adil itu dilakukan juga oleh mereka terhadap orang-orang Ahmadi, dengan penganiayaan yang dilakukannya di sana. Dalam beberapa kasus orang-orang itu menghancurkan mesjid dan pada beberapa kejadian, mereka itu telah berhasil untuk melakukannya. Inilah yang sebenarnya merupakan peng-abaian pada perintah dari Allah tersebut, dan karena perbuatannya itu maka tidak ada berkahnya bagi mereka. Hari-hari ini, saudara-saudara dapat melihat apa yang sedang terjadi di Pakistan itu, seperti yang sudah saya ceriterakan sebelumnya. Hampir di semua Negara-negara lainnya mendapatkan situasi yang sama. Ini adalah disebabkan karena Pemerintah mereka itu tidak sepenuhnya mengendalikan para Mullah, Kiyai yang jahil tersebut, di mana dengan adanya pertentangan atau konflik ini adalah sama dengan melawan kepada Tuhan, berperang melawan Allah Yang Maha Kuasa.

Sejauh mengenai orang-orang Ahmadi ini, perhatian mereka hanyalah dengan mengikuti ajaran yang diberikan oleh Hadhrat Imam Mahdi, Al-Masih yang dijanjikan, Masih Mau’ud a.s. . Sebagai hasilnya adalah bahwa mereka ini tidak akan memberikan pembalasannya dengan coin yang sama. Di negeri yang manapun mereka itu tinggal, mereka akan tunduk pada undang-undang Negara tersebut. Di mana mereka itu mendapatkan penganiayaan, dan inilah yang sedang terjadi pada umumnya, adalah seperti yang juga terjadi pada zamannya Hadhrat Masih Mau’ud a.s., maka menggunakan peralatan perang yang biasa, seperti senjata dan meriam, hal ini tidaklah diperbolehkan. Jadi, orang-orang Ahmadi itu tidak akan membalasnya dengan coin yang sama seperti penganiayaan yang dilakukan oleh orang-orang tersebut kepada para Ahmadi. Tetapi Allah Yang Maha Kuasa sudah pasti sesuai dengan janji-Nya, Dia itu akan datang untuk menolong kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s. dan para pengikut beliau. Jadi Negara-negara Islam ini, di mana saja orang-orang Ahmadi itu diperlakukan dengan tidak adil, maka mereka yang orang-orang itu haruslah menyadarinya, bahwa sebagai akibat dari perbuatan yang mereka lakukan tersebut, sesuai dengan janji dari Allah Taala yang ada di dalam ayat ini, maka kemudian Allah Taala itu akan membela orang-orang Muslim ini dengan cara bahwa mereka itu akan dibiarkan berkelahi dan bertempur satu sama lainnya, yang dikarenakan hal tersebut, maka hal ini pun dapat di-aplikasikan pada mereka. Allah Taala itu tidak menyebutkan bahwa perintah tersebut adalah hanya bagi orang-orang Muslim saja, izin ini bukanlah hanya diberikan kepada orang-orang Islam saja, atau perintah ini hanyalah untuk menegakkan kedamaian di antara orang-orang Muslim saja; tetapi yang sebenarnya ialah, perintah ini berlaku bagi setiap orang dan bagi semua orang yang pengikut dari agama-agama lainnya juga, siapa tahu jika mereka ini mendapatkan penganiayaan dan penindasan yang dilakukan orang terhadap mereka, maka mereka itu akan ditolong.

Jadi, orang Ahmadi ini, orang yang telah menerima Imam Zaman yang telah datang sesuai dengan kabar ghaib nubuatan dari Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah s.a.w. . Mereka itu adalah orang yang sudah mengikuti perintah dari Y.M. Nabi Muhammad s.a.w., lebih dari siapa pun orang yang lainnya. Mereka mencamkan Kalimah la ilaha illallah Muhammadar rasulullah di dalam hatinya lebih dari siapa pun juga. Jika ada orang-orang yang berbuat tidak adil kepadanya, berbuat aniaya kepadanya, jika ada orang-orang yang menghancurkan mesjid mereka, dan sebagaimana yang ada di dalam hadits Y.M. Nabi Muhammad s.a.w., di mana beliau bersabda bahwa jika ada seorang Muslim yang menyerang kepada Muslim lainnya, maka Muslim yang melakukan penyerangan itu sudah tidak lagi menjadi seorang Muslim. Definisi dari seorang Muslim, saya sudah banyak kali mengatakannya bahwa mereka orang yang beriman mempercayai Kalimah Syahadat la ilalaha illallah Muhammadar rasulullah maka keimanannya sudah tertanam. Jadi, oleh karena itu, jama’atnya dari Hadhrat Masih Mau’ud a.s. itu tidak akan pernah berperang memerangi orang-orang ini atau menyerang orang lainnya dikarenakan kita itu berada di bawah Pemerintahan di mana kita itu tidak memiliki Pemerintahan sendiri. Lagi pula, peperangan ini pun sudah dilarang di zaman ini karena sudah diperlukan lagi.

Jadi dalam segala keadaan itu siapa pun tidak akan menyerang pada pihak orang lainnya; jadi orang yang beriman kepada Kalimah Syahadat, orang yang mengkaitkan dirinya kepada Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah s.a.w., tidak ada pertanyaan lagi bahwa kita itu tidak akan pernah menyerang mereka, apa pun yang mereka akan perbuat, tetapi dari pihak kami sendiri, yang ada hanyalah selalu amanat kedamaian bagi setiap orang. Tetapi, kami percaya bahwa insya-Allah Ta’ala, Allah Yang Maha Kuasa akan membuka jalan-jalan bagi kami jika terjadi penindasan ini. Jika tidak hari ini, maka jalan-jalan ini akan dibukakan nanti insya-Allah sehingga para Ahmadi itu akan dapat hidup di dalam kedamaian dan kemerdekaan dan kami pun tidak akan merasa khawatir bahwa Pemerintah-Pemerintahan ini dan para biang kerok, yang mereka itu tidak menghentikan perbuatan jahatnya, maka Allah Taala sesuai dengan Wahyu-Nya dan janji-Nya, bagi orang-orang yang tindakannya itu sudah kelewat batas, maka kemudian Allah Taala akan menghukum mereka.

Ada banyak orang yang tidak mengikuti ajaran Islam, bagi mereka itu tidak punya batas atas pelanggarannya, sehingga mereka itu bisa berbuat apa saja. Jadi, oleh karena itu, kita harus berdoa bagi orang-orang tersebut, semoga Allah memberikan kepadanya kebijaksanaan. Pesan ini adalah amanat keprihatinan dari mereka yang menderita karena penindasan. Ini juga merupakan peringatan bagi mereka, di mana orang-orang tersebut yang mereka ini merasa takut terhadap orang-orang yang melakukan pelanggaran ini. Orang-orang yang menyatakan dirinya sebagai Muslim, di dalam amanat ini Allah Taala telah memberikan janjinya akan melindungi setiap orang. Orang-orang ini, yang menyatakan dirinya sebagai Muslim, tetapi tidak mengikuti perintah tersebut maka mereka itu akan mendapatkan hukuman, azab dan kutukan dari Allah. Semua orang-orang ini, yang menyatakan dirinya Muslim, daripada membawa nama buruk kepada Islam, mereka itu seharusnya mencari dan mendapatkan berkah-berkah dari keadaan ini, di mana mereka itu harus dapat merubah keadaan mereka untuk menerima berkah-berkah dari Allah dengan jalan mengikuti perintah-Nya. Kalau tidak begitu, berkah-berkah dari Allah itu tidak akan pernah ada di dalam kepercayaan mereka. Semoga Allah Taala membuat mereka ini sadar untuk mengikuti perintah ini, mereka itu harus menjadi pelindung dari setiap orang yang kepadanya orang telah bertindak yang melewati batas, serta untuk menolong mereka ini. Karena perlindungan dari Muslim itu sebagaimana yang sudah saya katakan adalah juga melekat dengan yang ini dan tergantung kepada yang itu. Di dalam ayat berikutnya Allah Taala berfirman:

Surah Al-Hajj (22) ayat 42:
Orang-orang yang, jika Kami teguhkan mereka di bumi, mereka mendirikan shalat dan membayar Zakat serta menyuruh berbuat kebaikan dan melarang dari keburukan. Dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.
Bahwa ketika kami berikan kepada mereka kedudukan yang kokoh di dunia, di mana mereka itu dapat menegakkan nizam Shalat dan Membayar Zakat, dan juga agar menasihati orang-orang lainnya untuk melakukan amal perbuatan yang baik serta mengingatkan mereka agar jangan melakukan hal yang buruk, karena yang pada akhirnya, segala sesuatunya itu adalah milik Tuhan. Jadi inilah pekerjaan dari orang-orang yang memperoleh kekuasaan yang kemudiannya, dengan pertolongan Allah Yang Maha Kuasa mereka itu akan menjadi pemenangnya terhadap para penyerang; yang kemudian mereka itu akan dapat menegakkan Pemerintahannya mereka sendiri, di mana mereka itu akan dapat hidup sesuai dengan perintah dari Allah Taala. Maka mereka itu harus meng-analisa diri mereka sendiri dan merenungkannya atas semuanya ini, bahwa apa-apa saja yang telah dianugerahkan kepada mereka itu adalah berkah kasih sayang Allah Yang Maha Kuasa. Janganlah menjadikan diri kita ini seperti orang-orang lainnya yang punya tujuan untuk memahrumkan orang-orang dari kemerdekaannya. Tetapi sebagai satu Pemerintahan Muslim, dengan tanpa membuat diskriminasi atas dasar keagamaan, maka kita harus melaksanakan keadilan ini pada setiap orang. Bagi setiap orang di dalam urusan politik Negara, kita itu harus memastikan bahwa setiap orang harus ikut serta di dalam politik negaranya dengan damai.

Sebagai seorang anggota masyarakat, mereka itu harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk maju. Inilah pekerjaan dari Pemerintahan Muslim, dan Pemerintahan Muslim ini adalah satu azas pokok dalam menjalankan satu Pemerintahan secara Islam. Hal ini hanyalah dimungkinkan jika dalam keadaan bilamana butir hal ini menjadi sangat jelas bagi mereka, bahwa Allah Yang Maha Kuasa itu selalu dan senantiasa mengawasi saya. Tujuan saya bukanlah untuk mengambil hak-hak dari orang lain, karena ini tidak akan dapat melindungiku terhadap Allah Yang Maha Kuasa, karena Dia itu mengawasi setiap segala sesuatunya. Oleh karena itu, untuk seorang Muslim atau Pemerintahan Muslim mana saja, bilamana mereka itu mendapatkan kedamaian dan kekuasaan maka untuk selanjutnya mereka itu harus benar-benar menjadi seorang penyembah sejati, seorang peng-ibadah yang hakiki, karena jika tanpa ini, tanpa melaksanakan ibadah shalat, maka mereka itu tidaklah memiliki rasa takut kepada Tuhan di dalam hatinya.

Shalat yang hakiki adalah shalat yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran akan adanya azab dari Tuhan. Allah Taala telah berfirman bahwa ada banyak orang-orang yang beribadah shalat tetapi mereka itu melakukan penghancuran di mana mereka sendiri yang akan dibinasakannya, dan shalatnya mereka itu akan dilemparkan ke mukanya. Mereka itu seharusnya berpikir, apakah mereka itu melakukan ibadah shalat seperti shalatnya orang-orang yang ikut pada perintah dari Allah.

Yang keduanya di sana ada tentang pengorbanan keuangan. Mereka itu tidaklah dapat menjalankan hak-hak dari orang lain dan memperingatkan kepada orang-orang akan hal-hal yang baik serta menghentikan orang-orang dari hal-hal yang buruk; hal ini tidaklah dapat dikerjakan dengan tanpa bantuan dari Allah, dengan tanpa rasa takut kepada Allah. Jadi, secara singkatnya dari semuanya ini adalah bahwa Pemerintahan Muslim itu, bilamana mereka itu sudah memiliki kekuasaan, maka janganlah hendaknya menggunakan kekuasaan tersebut dalam jalan yang negative atau jalan yang salah. Tetapi dengan tanpa adanya diskriminasi atas warna kulit dan kepercayaan, dengan tanpa adanya diskriminasi agama, mereka itu harus menjalankan keadilan dengan sebaik-baiknya. Inilah jalan untuk menegakkan suasana yang harmonis, yang rukun dan penuh kedamaian bagi Negara-negara tersebut. Khususnya hak-hak dari setiap penduduk adalah harus diberikan kebebasan, kemerdekaan untuk memilih agama, mana yang ia sukai di mana mereka itu harus memperoleh jaminan dari Negara, jaminan kebebasan untuk menjalankan ibadatnya menurut caranya sendiri. Inilah sebenarnya yang dapat memberikan jaminan dan garansi untuk menegakkan kedamaian yang hakiki di dunia. Oleh karena itu, tugas dan pekerjaan dari Pemerintahan Muslim itu adalah bahwa mereka ini harus menyajikan gambaran yang benar dari Pemerintahan menurut ajaran Islam kepada dunia.

Jama’at Ahmadiyyah tidak punya Pemerintahan sendiri, tetapi kami dapat berdoa, semoga Allah Taala memberi taufik kepada orang-orang ini di mana mereka itu diberi kemampuan untuk menyajikan gambaran Islam yang benar kepada dunia. Jadi, demikianlah pertempuran yang sedang dikerjakan dalam melawan Islam dari segala penjuru di mana mereka yang menyerang Islam itu, sebenarnya dikarenakan mereka itu tidak mengerti akan ajaran Islam yang hakiki dan dikarenakan kesalahan yang diperbuat sendiri oleh beberapa orang Muslim tertentu. Yang kemudian dengan melalui hal ini, maka kita dapat membuang jauh kesalah-pengertian atau misconception ini dari banyak orang-orang. Allah Taala berfirman bahwa izin yang diberikan kepada orang Muslim itu hanyalah dikarenakan adanya kondisi seperti yang telah dijelaskan tadi. Walaupun dengan sudah adanya izin tersebut, tetapi di sana ada batas-batasnya, ada peraturan dan ketentuannya. Bukan hanya dengan bebas begitu saja dengan diberikannya izin kepada mereka untuk berperang itu. Sebagaimana sudah dikatakan sebelumnya, bahwa jika pihak musuh itu melakukan penyerangan yang melewati batas terhadapmu, maka janganlah kamu juga melakukan penyerangan yang sama terhadap mereka kepadamu; tetapi sedapat mungkin bahwa kalian itu dalam melakukan peperangan tersebut adalah sejauh sebagai mempertahankan diri, jika memang benar-benar mutlak diperlukan dengan tanpa ketidak-adilan dan melakukan serangan-serangan yang melewati batas yang dilakukan oleh suatu Pemerintahan Muslim itu. Allah Taala berfirman:

Surah Al-Baqarah ayat 191:
Dan perangilah di jalan Allah, orang-orang yang memerangi kamu, namun jangan-lah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang melampaui batas.

Artinya bahwa perangilah orang-orang ini yang memang benar-benar memerangi kamu, tetapi janganlah sampai kelewat batas, karena Allah Taala tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Kemudian Allah Taala berfirman:

Surah Al-Baqarah ayat 192:
Dan bunuhlah mereka di mana pun mereka kamu dapatkan, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusirmu; dan fitnah itu lebih buruk daripada pembunuhan. Dan janganlah kamu memerangi mereka di dekat Masjidilharam sebelum mereka memerangimu di sana. Tetapi, jika mereka memerangimu, maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir.

Dn dalam pertempuran itu, di dalam peperangan jika engkau membunuh mereka, bahwa di mana engkau menemukan mereka, serta usirlah mereka dari tempat di mana mereka telah mengusir kamu, fitnah ini lebih berat daripada membunuh. Janganlah kamu memerangi mereka di Bait-ul-haram, sebelumnya mereka memerangimu disana maka bunuhlah mereka itu; dan inilah balasan bagi orang-orang kafir itu. Kemudian Allah Taala berfirman:

Surah Al-Baqarah ayat 193:
Tetapi jika mereka berhenti, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Jadi jika mereka itu sudah menghentikan perang tersebut maka Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Kemudian Dia berfirman selanjutnya:

Surah Al-Baqarah 194:
Dan perangilah mereka sehingga tidak ada fitnah-penindasan lagi, dan agama itu hanyalah untuk Allah. Tetapi, jika mereka berhenti, maka tidak ada permusuhan kecuali terhadap orang-orang aniaya.

Bahwa kalian akan memerangi mereka itu sampai kekacauan hilang sama sekali dan agama hanyalah menjadi bagi Allah, dan jika mereka itu sudah menghentikannya maka tidak ada lagi yang harus dilakukan terhadap mereka, kecuali kepada orang-orang yang aniaya. Jadi, inilah keadilan yang adalah ajaran dari Islam itu, bahwa izin untuk berperang itu hanyalah diberikan di dalam hal yang demikian saja, bahwa perang ini hanyalah demi untuk Allah. Apa pun juga yang dinisbahkan kepada Allah tidak boleh ada yang tidak adil. Ini berarti bahwa perang untuk Allah ini hanyalah perang terhadap orang-orang yang menghentikan kalian dari menyembah kepada Allah, yang berlaku tidak adil kepadamu. Sebagaimana yang sudah dikatakan bahwa mereka itu sudah melewati batas di dalam pelanggarannya itu. Jadi peperangan ini tidak ada tujuan lainnya kecuali bahwa hal ini dilakukan demi untuk Allah. Jika peperangan ini hanyalah untuk mencari keuntungan pribadi atau untuk keserakahan dan untuk memperbesar kawenangan dari Pemerintahan kalian, maka perang yang semacam ini sama sekali dilarang menurut ajaran dari Islam. Allah Taala telah berfirman bahwa perang ini hanya diizinkan pada saat ketika orang-orang itu menyerang kamu. Terlebih lagi perang ini juga tidak diperbolehkan jika ada satu bangsa yang memerangi kamu kemudian kamu memerangi semua dan setiap orang dari bangsa tersebut. Karena, jika kalian melakukan yang demikian, maka yang demikian itu sudah berlebih-lebihan atau kelewat batas, di mana Allah Taala tidak menyukai yang demikian itu.

Peperangan kalian hanyalah terhadap orang-orang yang benar-benar berperang terhadap kamu, yaitu orang-orang yang ada di dalam Lasykar Perangnya. Allah Taala berfirman bahwa kalian harus berusaha membatasi peperangan ini sekecil mungkin dan janganlah kemudian kalian mencari alasan untuk terus saja mendesak untuk maju. Ia harus menghentikan pertempurannya pada tempat-tempat di dekat rumah ibadah, kecuali jika memang ia berperang di sana. Jauh dari menghancurkan tempat-tempat ibadah, Y.M. Rasulullah s.a.w. biasa bersikap keras kepada para sahabat beliau bilamana mereka itu akan berangkat perang. Mereka selalu memperhatikan perintah dari Nabi s.a.w. bahwa kalian itu harus menjaga semua tempat ibadah dan tidak boleh mengganggunya. Jadi di sekitar mesjid itu tidak ada pertanyaan lagi untuk melakukan peperangan di sana, ini adalah Rumah Allah, yang rumah damai, Inilah cara untuk membawa semua orang agar berada pada satu Tangan dan satu Bangsa. Kesucian mesjid itu harus selalu dijaga, kecuali jika musuh itu datang dan memaksa kalian untuk bertempur di dekat mesjid ini.

Tujuan diberikannya izin untuk berperang ini adalah untuk menghilangkan kekacauan dari dunia. Oleh karena itu Dia berfirman, bahwa segera setelahnya kekacauan itu dapat dihapuskan dan pihak musuh sudah menghentikan dari serangan atau dari perangnya, maka dalam keadaan itu tidak boleh lagi ada suatu tindakan pun yang berlebih-lebihan. Jika hanya untuk kepentingan masalah politik, maka tidak ada suatu alasan apa pun untuk melakukan peperangan ini. Jadi demikianlah ajaran Islam itu; jika tujuan dari Islam itu hanyalah untuk menyebarkan agama ini dengan kekuatan, maka perintah ini tidak akan ada di dalam Kitab Sucinya: Fa inin tahau fa laa ‘udwaana (2:194) Maka, jika mereka berhenti (dari peperangannya), maka tidak ada permusuhan lagi.

Jadi, mereka itu tidak boleh lagi mencari-cari alasan untuk meneruskan peperangan ini. Setiap orang memiliki hak untuk hidup menurut agama dan kepercayaannya sendiri. Perang itu hanyalah pada saat ketika mereka itu nyata-nyata sedang melakukan pertempuran melawan kalian. Bukanlah untuk tujuan agar agama mereka itu diubah atau agar mereka itu mengubah atau mengganti agamanya. Di sini Allah Taala berfirman:

Surah Al-Anfaal (8) ayat 39:
Katakanlah kepada orang-orang yang ingkar, “Jika mereka berhenti dari apa-apa yang telah lampau, mereka akan diampuni; dan, jika mereka kembali pada perbuatannya yang salah, maka sesungguhnya telah berlaku sunnah Allah terhadap orang-orang terdahulu.

Kepada orang-orang yang ingkar itu katakanlah bahwa jika mereka menghentikan dari apa yang mereka lakukan maka mereka akan diampuni. Tetapi jika mereka mengulanginya kembali maka lihatlah pada contoh dari orang-orang yang terdahulu.

Surah Al-Anfaal (8) ayat 40:
Dan, perangilah mereka itu, sehingga tidak ada lagi fitnah-penindasan dan supaya agama menjadi seutuhnya bagi Allah. Tetapi, jika mereka berhenti, maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang mereka kerjakan.

Bahwa kalian peranglah dengan orang-orang ini yang telah membuat kekacauan; tetapi jika mereka itu menghentikannya maka Allah Taala akan memelihara dan menjaga orang-orang yang memelihara kedamaian ini. Jika mereka itu berpaling lagi maka Allah-lah yang akan menjadi penolong bagimu dan betapa indahnya pertolongan dari Allah Taala ini.

Jadi maklumat ini dibuat melalui Y.M. Nabi Muhammad s.a.w. bahwa perang ini bukanlah untuk suatu penyerangan atau tujuan lainnya, sehingga ada orang yang ditargetkan dari serangan kalian tersebut. Maklumat ini sudah pernah dikatakan kepada orang-orang kafir setelahnya Perang Badar, yang terjadi segera setelahnya hijrah. Serangan ini yang dilakukan oleh orang-orang kafir Mekkah banyak orang yang masih ingat di dalam pikirannya. Orang-orang Muslim ini menjadi obyek dari penindasan dan penganiayaan, bahkan Y.M. Rasulullah s.a.w. sendiri mendapat penyiksaan dari mereka dan masih ingat di dalam pikiran mereka. Kemudian orang-orang kafir ini menderita kekalahan ketika mereka melakukan serangan tersebut dan orang-orang Muslim bertambah semangat dan keberaniannya serta mereka lebih yakin lagi akan adanya pertolongan dari Allah Yang Maha Kuasa. Namun Allah Taala meminta kepada Nabi Muhammad s.a.w. untuk mengumumkan bahwa Allah Taala itu jauh dari untuk memberikan serangan balasan. Setiap orang Muslim diharapkan bahwa ia itu akan menjadi Duta Perdamaian. Itulah sebabnya pengumuman ini dikeluarkan bahwa kami memaafkan semua apa yang kamu lakukan di masa lalu. Kami memaafkan atas beban kerugian karena perang ini, jika kalian mau membuat membuat pakta perjanjian dengan kami bahwa kalian itu tidak akan menyerang kami lagi. Jika kalian mau membuat janji seperti itu, maka kami pun akan mengikutinya dan kami mau menerima perjanjian tersebut. Tetapi bilamana kamu itu akan melakukan penyerangan kembali maka kami akan mempertahankan diri kami dan akan mengambil tindakan balasan untuk itu. Jadi, demi untuk Allah dan demi untuk perdamaian dari dunialah jika kami itu melakukan peperangan dan jika untuk itu maka kami akan melakukannya. Ini juga menjawab kritikan tuduhan yang ada di sana: wa yakuunad diinu kulluhu lillaahi (6:40) dan jadilah agama itu semuanya bagi Allah.

Mereka mengutip ayat ini dan mengatakan diin, agama itu seluruhnya adalah bagi Allah. Pihak lawan menyerang dan mengkritiknya bahwa orang-orang Muslim itu ada di bawah perintah bahwa mereka ini harus terus maju dalam pertempuran untuk menyebarkan agama dengan pedang sampai agama ini menjadi unggul di dunia. Inilah ketidak mengertian mereka itu, yang dengan berkata demikian begitu saja dengan tanpa sesuatu dasar pun. Jika mereka memperhatikan konteksnya, jika mereka menggabungkannya dengan ayat-ayat lainnya yang sudah saya sebutkan, maka artinya akan sama sekali berbeda. Sejauh dalam hal agama yang sama sekali merupakan hal pribadi di mana setiap orang itu bebas untuk mengikuti agama mana yang ia sukainya. Jadi kemudahannya di dalam amanat Islam itu adalah bahwa tanggung-jawabnya itu tidak diperbolehkannya bagi mereka untuk melakukan pemaksaan atas kepercayaan masing-masing orang ini. Arti dari ayat ini hanyalah bahwa apa pun yang kamu lakukan maka kamu hanya mengerjakannya demi untuk Allah; bukan dengan memaksakan sesuatu kepada orang lainnya. Jika ada orang yang tidak mempercayainya maka hal itu terserahlah pada dia saja, Allah Taala hanya akan melihat pada apa yang orang lakukan dan Allah Taala akan melakukan apa yang Dia inginkan dengan orang-orang ini.

Tentang Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah s.a.w. juga kadang-kadang mereka itu menyampaikan keberatannya bahwa beliau itu biasa mengangkat senjata demi untuk keperluan beliau sendiri; ketika Y.M. Rasulullah s.a.w. menulis surat tabligh kepada Raja, beliau biasa mengutus seseorang aslim taslim kemudian beliau akan mengatakan bahwa Tuan percaya dan beriman kepada Islam dan dengan ini maka Tuan akan dilindungi. Ada orang-orang yang punya pikiran bahwa anjuran seperti ini adalah merupakan semacam ancaman, dengan mengatakan agar Tuan mempercayai pada Islam, atau kalau tidak mempercayainya maka kami akan memaksakannya dengan menggunakan kekuatan.

Yang pertama-tamanya adalah bahwa Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah s.a.w. biasa menulis surat tabligh yang di dalamnya berisi amanat perdamaian, inilah yang biasa beliau sampaikan. Oleh karena itu, jika Tuan mengikuti akan pesan ini yang adalah pesan perdamaian maka Tuan akan berada di bawah naungan ini. Kritikan-kritikan tersebut yang mereka lihat dari sisi yang sebelahnya, maka apakah mereka itu tidak menyadarinya butir ini bahwa Y.M. Nabi Muhammad s.a.w. itu menulis surat ini yang ditujukan kepada Raja yang sangat kuat di zaman itu. Berdasarkan kritikan dari mereka, mereka menganggapnya surat tersebut adalah berupa ancaman. Pada satu ketika beliau menulis banyak surat-surat kepada semua Raja-raja yang berkuasa dan kuat di saat itu, dengan mengatakan bahwa jika kamu tidak menerimanya maka kamu bersiap-siaplah untuk perang. Tidak ada orang yang waras pikirannya, yang tidak mungkin melakukan hal ini bahwa ia itu akan berhadapan atau berusaha berkonfrontasi dengan semua orang-orang para Adi Kuasa di saat itu, pada satu saat yang bersamaan. Paling tidak orang itu harus punya akal untuk dapat memikirkannya dengan cara yang sehat.

Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah s.a.w. adalah seorang Nabi Allah dan beliau percaya sepenuhnya kepada Allah Yang Maha Kuasa; beliau telah menyampaikan pesan amanat ini, tetapi beliau memberikan pesan ini dengan tujuan menginginkan agar Tuan mendapatkan kesejahteraan dan kebaikan di mana beliau itu mempercayai sepenuhnya bahwa hanya di dalam agama Islam inilah akan diperoleh kedamaian bagi setiap orang. Inilah agama yang menyebarkan kedamaian, oleh karena itu orang-orang yang ada di dunia harus menerima agama ini. Dan untuk tujuan inilah beliau itu menyampaikan pesan amanat ini kepada orang-orang di dunia. Beliau mengirimkan surat kepada semua Raja-raja yang ada di zaman itu. Tidak ada seorang pun yang memiliki kepercayaan seperti ini yang lebih dari pada Y.M. Rasulullah s.a.w., orang yang diberi Syariat terakhir oleh Allah Yang Maha Kuasa. Inilah pesan tersebut yang sebenarnya adalah sebuah jaminan untuk menegakkan kedamaian dunia. Oleh karena itu beliau s.a.w. mengirimkan pesan amanat ini kepada Raja-raja di zamannya dengan banyak kata-kata di mana pesan ini hanyalah karena kebaikan beliau, di mana amanat ini juga beliau sampaikan kepada setiap orang yang melakukan penyerangan kepada Islam. Pesan ini telah diberikan kepada orang-orang sebelumnya ada peperangan, yang membuktikan bahwa Islam adalah agama perdamaian dan kerukunan yang harmonis. Jadi jika kalian sekarang melakukan peperangan terhadap kami, maka sekali lagi, sekali lagi kami sampaikan pesan perdamaian ini, bahwa jika kalian ingin tetap memegang agama kalian, maka kalian boleh tetap memegang agama ini dan melaksanakan ibadat sesuai dengan cara kalian. Tetapi kalian itu harus menghentikan konspirasi kalian terhadap Islam dan tidak melakukan penindasan kepada orang-orang Islam; tetapi sekarang ini jika kalian itu memaksa melakukan peperangan terhadap kami maka sebagai solusinya ialah bahwa jika kalian itu kalah dalam perang, maka kalian harus menyerah dan jika sudah menyerah maka kalian harus menerima pesan perdamaian ini, yaitu untuk tidak masuk dalam perang lagi, maka jika demikian adalah baik dan semua hak-hak kalian akan diberikan kepada kalian. Jadi oleh karena itu tuduhan tersebut adalah sama sekali salah, bahwa na-udzubillah yang dimikian itu tidak adil bagi orang-orang ini, karena apa pun jalan yang diambil hanyalah untuk tujuan menegakkan kedamaian dengan kemerdekaan sepenuhnya yang diberikan kepada semua orang-orang.

Sejarah menyaksikan bahwa di dalam pertempuran itu betapa beliau ini biasa banyak memperhatikan orang-orang yang berada di bawahnya sehingga beliau mengatakan bahwa ada pelajaran di dalam peperangan itu. Beliau selalu melakukan penyerangan pada siang hari; tidak ada pembunuhan terhadap anak-anak dan tidak ada pembunuhan terhadap orang-orang perempuan. Pendeta-pendeta Kristiani dan pemimpin-pemimpin keagamaan lainnya tidak boleh dibunuh; tidak semua orang harus dibunuh, orang yang benar-benar tidak ikut di dalam peperangan walaupun seorang pemuda, ia itu tidak boleh dibunuh. Tidak ada tindakan terror untuk menakut-nakuti orang-orang; tentara Muslimin jika mereka tinggal di satu tempat jangan sampai mengganggu kenyamanan orang-orang di sana. Maka orang-orang yang tidak mengikuti ketentuan ini, berarti peperangan dia bukanlah untuk demi Tuhan, tetapi merupakan sebuah peperangan untuk keserakahan dirinya. Setiap peperangan untuk membela rakyat harus selalu adil, tetapi penyerangan adalah satu hal yang buruk. Maka untuk menghentikan penyerangan ini, sebenarnya pelajaran ini yang ada dan diberikan di dalam Islam adalah bahwa apa pun yang engkau lakukan itu adalah demi untuk Allah. Inilah ketinggian dari kebaikan terhadap manusia bahwa kalian itu jangan sampai melukai muka dari orang, beliau menjaga para tahanan agar mereka nyaman. Ada orang yang barangkali ditawan di dalam rumah, dimana orang-orang biasa hidup dengan buah korma, tetapi makanan dan roti yang layak telah disediakan bagi orang-orang tersebut. Jika seorang anak kecil mempunyai roti, maka ia pun akan memberikan yang sama kepadaku, saya sering merasa malu karena ini, tetapi beliau tidak dapat menolaknya karena ini adalah ajaran dari Islam. Jadi, mereka itu memaksanya untuk memberikan roti tersebut kepadaku, demikianlah sikap dari anak-anak juga. Jadi demikianlah ajaran mengenai kedamaian dan kerukunan hidup yang harmonis serta kebaikan dan kecintaan dengan menegakkan hak dan keadilan yang telah diberikan oleh Y.M. Rasulullah s.a.w. kepada orang-orang beliau. Setiap anak kecil sudah tahu betul bahwa Islam itu tidak lain hanyalah kedamaian dan kerukunan. Sebegitu jauh di dalam hubungan dengan bangsa lainnya, beliau memperlihatkan kebaikan hatinya kepada para Duta, Ambassador dan Perwakilan dari Bangsa-bangsa lain. Jadi perintahnya dari beliau itu adalah agar supaya berlaku baik kepada para Wakil tersebut, walaupun mereka itu berbuat kesalahan maka agar banyak-banyak dimaafkan saja, sehingga beliau mengatakan dalam upaya menegakkan kedamaian itu, bahwa jika ada seorang Muslim yang melakukan kesalahan terhadap seorang tawanan perang, maka tawanan itu harus dibebaskan dengan tanpa pembayaran apa-apa. Jadi demikianlah sudah dibuat jelas bahwa peperangan dalam Islam itu bukanlah demi untuk peperangan atau untuk kepentingan seseorang, tetapi adalah untuk menegakkan kebebasan dalam beragama.

Ajaran tentang perlakuan baik terhadap para tawanan dikatakan:

Surah Al-Nuur (24) ayat 34:
……… Dan orang-orang yang menghendaki surat pembebasan budak, dari apa yang dimiliki oleh tangan kananmu, maka tuliskanlah bagi mereka, jika kamu mengetahui sesuatu kebaikan yang ada dalam diri mereka; dan berikanlah kepada mereka dari harta Allah yang telah Dia berikan kepadamu. …..
Di sana, jika tidak ada seseorang yang akan melakukan pembayaran atas namanya sebagai uang tebusan, jadi berarti bahwa arti ayat yang tadi dikutip itu adalah, jika di antara para tawanan perang itu, ada orang yang ingin mengatur pembebasannya, jika kalian dapat menemukan orang yang cocok untuk itu, yakni jika ada yang mampu mengerjakan sesuatu pekerjaan tertentu menurut komitmen ini, dan kemudian ia dapat memperoleh satu pembayaran yang kemudian dipakai untuk membayar kembali uang tebusannya, maka silahkanlah dibuat perjanjiannya; dan dengan uang yang Allah Taala berikan kepadamu itu, belanjakanlah juga seberapa untuk orang-orang ini. Jadi di zaman itu, pengeluaran ini biasa dipenuhi dari kontribusi orang-orang tersebut. Jadi Juragan yang memiliki budak belian ini, ia harus menjaganya bahwa ada sejumlah uang perolehannya yang akan digunakan untuk pembebasannya itu. Jadi, apa pun yang kalian dapat berikan kepadanya, berikanlah kepadanya sebagai pertolongan sehingga ia dapat memperoleh kebebasannya dan kemudian dapat bekerja sebagai seorang yang merdeka. Sehingga kemudian ia itu dapat menjadi seorang rakyat yang merdeka dari Negara, karena ia masih layak untuk itu di mana keterampilannya dapat dimanfaatkan bagi Negara. Jadi, demikianlah ajaran yang indah dari Islam itu, yang berkaitan dengan semua dan dengan setiap golongan di dalam masyarakat, inilah yang benar-benar memberikan kemerdekaan bagi tiap-tiap orang itu.

Semoga Allah Taala menolong kepada setiap orang Ahmadi, agar ajaran yang indah dengan berbagai macam aspeknya sebagaimana yang sudah saya katakan itu, semoga diberikan taufik dan kemampuan untuk menyampaikan dan memperkenalkan ajaran Islam yang indah ini ke seluruh dunia. Aamiiin.

Hudhur aba mengatakan saya akan menyampaikan sebuah berita duka, bahwa seorang Ahmadi yang mukhlis, Abdul Salaam Madson Sahib dari Denmark telah meninggal dunia pada tanggal 25 Juni 2007, inna lillahi wa inna ilayhi raji’uun. Ayahnya adalah seorang pendeta Kristiani. Ia juga pernah belajar Teologi di Universitas, di mana ia mempelajari tentang Kristianity, karena ia ingin menjadi seorang pendeta. Tetapi setelahnya beliau mempelajari Kitab Suci Al-Qur’an maka terjadilah perubahan besar di dalam dirinya dan ketika ia sedang mempersiapkan ujian akhir di Universitasnya pada tahun 1955, beliau meninggalkan Kristiani dan masuk Islam. Setelahnya itu, pada tahun 1956 seorang Mubalig kami di Denmark, Mr. Kamal Yususf Sahib yang saat itu berada di Swedia, maka melalui beliau, setelah menyelidikinya dengan penuh seksama, beliau bai’at pada tahun 1958 dizamannya Khilafat Tsania dan bergabung dengan Ahmadiyya Muslim Jama’at. Pada tahun 1958 beliau ber-Wassiyat, jadi di Negara Scandinavia itu beliau menjadi seorang Musi yang pertama. Pada tahun 1961 beliau mendaftarkan dirinya sebagai wakaf zindeqi, dan pada tahun 1962 beliau diangkat sebagai Muballig biasa dan demikianlah sampai akhir hayatnya itu. Beliau cakap berbahasa Inggris, Arab dan Jerman. Beliau menterjemahkan Kitab Suci Al-Qur’an ke dalam Bahasa Denmark yang diterbitkan pertama kalinya pada tahun 1967. Selain dari menterjemahkan Al-Qur’aan beliau telah menerbitkan banyak literature Jama’at, termasuk beberapa buku Hadhrat Masih Mau’ud a.s. Jadi, beliau itu telah memberikan pengkhidmatan yang besar; untuk beberapa lamanya beliau menderita sakit kanker dan banyak mengirimkan pesan meminta doa. Beliau berhubungan erat dengan semua Khilafat. Istrinya bai’at masuk Jama’at Ahmadiyyah pada tahun 1967; beliau meninggalkan istri dan seorang anak laki-laki. Setelahnya shalat Jum’at saya akan mengimami Shalat Jenazah beliau.

Yang keduanya Ustadz Jabee Salee dari Senegal yang baru saja meninggal, inna lillahi wa inna ilaihi raji’uun. Beliau adalah salah seorang perintis di Senegal. Beliau seorang Dai Ilallah yang bagus dan sangat aktif. Beliau adalah seorang yang terpelajar dan masyhur, guru Bahasa Arab; orang-orang dari desa-desa lainnya biasa datang kepada beliau untuk belajar ilmu dari beliau. Sejak tahun 1985 beliau berkhidmat sebagai seorang Muallim di mana beliau terus menjalankan tugasnya sampai di akhir hayatnya.

Semoga Allah Taala meninggikan kedudukan spiritualnya di Syurga dan memberikan pengampunan kepada beliau-beliau. Setelah Shalat Jum’at kita akan melaksanakan Shalat Jenazah Ghaib bagi arwah almarhum berdua.


Selengkapnya...

Al-Qur'an Sumber segala kebenaran

Al-Qur'an Sumber segala kebenaran

Dari Nur suci Al-Qur’an muncul hari yang terang
Angin musim semi semilir mengusap kuntum hati.

Mentari pun tidak memiliki Nur dan kecemerlangan ini
Pesona dan keindahannya pun tak ada pada rembulan.

Yusuf dilemparkan sendiri ke sebuah lubang
Sedangkan Yusuf9 yang ini telah menarik manusia ke luar lubang.


Dari sumber segala ilmu, ia telah mengungkap ratusan kebenaran
Keindahannya menggugah wawasan mulia.

Tahukah kalian betapa luhur fitrat pengetahuan miliknya?
Penaka madu surgawi menetes dari wahyu Ilahi.

Ketika mentari kebenaran ini muncul di dunia,
Semua celepuk yang memuja kegelapan, bersembunyi semua.
Tak ada yang bisa merasa pasti di dunia ini,
Kecuali ia yang berlindung dalam wujudnya.

Ia yang diberkati dengan pengetahuannya
Menjadi khazanah pengetahuan,
Ia yang tidak menyadarinya
Serupa mereka yang tak tahu sesuatu apa.

Hujan rahmat Ilahi menghampiri dirinya
Wahai sialnya mereka yang meninggalkannya dan mencari yang lain.

Kecenderungan kepada dosa adalah gejala syaitan bernoda
Yang kuanggap manusia hanya mereka yang meninggal kannya.

Wahai tambang keindahan, aku tahu sumbermu
Engkau adalah Nur dari Allah yang mencipta semesta.

Aku tak hasrat dengan siapa pun, hanya engkau kasihku
Kami telah menerima nurmu dari Dia yang mendengar doa.

(Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 304-305, London, 1984).Read More


Selengkapnya...

Al-Qur’an tidak ada tandingannya

Al-Qur’an tidak ada tandingannya

Apa pun yang merupa melalui kekuasaan Allah s.w.t. yang sempurna, apakah itu merupakan bagian dari ciptaan seluruhnya atau pun sebuah Kitab Suci yang secara harfiah diwahyukan oleh-Nya, semuanya membawa sifat bahwa tidak ada wujud lainnya yang mempunyai kemampuan menghasilkan padanannya. Hal ini dibuktikan dengan dua cara, pertama adalah melalui metoda deduksi. Tuhan itu Maha Esa dan tanpa sekutu dalam Wujud, sifat dan kinerja-Nya, karena jika dimungkinkan adanya serikat dengan Dia dalam ciptaan, firman atau pun tindakan, maka akan dimungkinkan munculnya padanan dalam sifat-sifat serta adanya Tuhan lain.


Semua yang dianggap memiliki sifat-sifat Ilahi akan menjadi Tuhan dan yang hanya memiliki sebagian dari sifat-sifat Ilahi tersebut akan menjadi sekutu-Nya berkaitan dengan sifat berkaitan, dimana semua ini lalu menjadi suatu hal yang tidak masuk akal. Dengan demikian jelaslah bahwa Tuhan itu Maha Esa tanpa sekutu dalam segala sifat-sifat, firman dan tindakan-Nya dan Wujud-Nya itu bebas dari segala inkonsistensi yang akan mengharuskan adanya seseorang untuk menjadi sekutu-Nya.
Kedua, telah dibuktikan melalui pengamatan atas segala hal yang diciptakan oleh Allah s.w.t. bahwa tidak ada satu pun dari antaranya yang bisa diciptakan oleh manusia, tidak juga makhluk terkecil seperti lalat, nyamuk atau pun laba-laba. Dengan memperhatikan bentuk dan penciptaan makhluk-makhluk tersebut, kita akan menemukan keajaiban yang merupakan bukti konklusif dari eksistensi sang Maha Pencipta alam semesta.Disamping semua argumentasi tersebut, kiranya jelas bagi mereka yang mau berpikir bahwa kalau dimungkinkan ada sosok lain selain Tuhan yang juga memiliki kekuasaan menciptakan seperti apa yang telah diciptakan oleh Allah s.w.t. sendiri, maka tidak akan ada lagi dari keseluruhan ciptaan itu yang bisa diajukan sebagai bukti eksistensi sang Maha Pencipta yang sebenarnya. Manusia jadinya akan meragukan sifat-Nya sebagai sang Pencipta jika benda-benda yang telah diciptakan oleh Allah yang Maha Kuasa ternyata bisa juga diciptakan oleh orang lain.
Adalah suatu kenyataan bahwa apa pun yang merupakan hasil ciptaan Tuhan pastilah merupakan suatu hal yang tidak ada padanannya sama sekali dan ini menjadi bukti bahwa hal itu berasal dari Allah s.w.t. Pandangan ini menjadi sanggahan atas pendapat yang mengatakan bahwa Tuhan tidak perlu bersifat tanpa bandingan atau bahwa keadaan tanpa bandingan tersebut tidak menjadi bukti kalau hal itu berasal dari Tuhan.
Keadaan tanpa banding merupakan kekhususan daripada kinerja dan firman Allah s.w.t. Setiap orang yang berpikir mengetahui bahwa sarana utama bagi akal untuk menegakkan Ketuhanan Ilahi adalah keyakinan kalau semua yang berasal dari Tuhan itu tidak ada tandingannya sehingga merupakan bukti konklusif akan Ke-Esaan sang Maha Pencipta. Tanpa adanya sarana demikian maka jalan bagi nalar untuk mencapai Tuhan akan tertutup jadinya. (Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 149-152, London, 1984).
* * *
Al-Qur’an merupakan Kitab yang memproklamirkan sendiri keunggulan dirinya yang tanpa tanding beserta keagungan, kebijaksanaan, kebenaran, keindahan susunan dan Nur ruhani yang dibawanya. Tidak benar jika dikatakan bahwa umat Islam hanya mengada-ada mengenai kebesaran Kitab Suci Al-Qur’an. Kitab itu sendiri telah mengemukakan kemuliaan dan keagungan dirinya serta mencanangkan dengan lantang ketiadaan-tara dan keluhurannya sebagai tantangan kepada seluruh alam: “Apakah ada yang bisa menandingi?”.
Kebenaran dan mutiara hikmah yang dikandungnya bukan hanya dua atau tiga buah saja yang akan meninggalkan sisa keraguan dalam pikiran seorang awam, melainkan sebagai samudra yang menggelora dan nyata di semua arahan laiknya bintang-bintang di langit. Tidak ada kebenaran lain di luar Kitab itu. Tidak ada kebijakan yang belum terangkum di dalamnya. Selalu ada Nur yang dapat diperoleh melalui cara mengikutinya. Semua ini ada buktinya dan bukan semata hanya omong kosong saja. Semua itu menjadi kebenaran yang telah dibuktikan secara nyata yang cemerlang terus selama 1300 tahun terakhir. Kami telah merinci mutiara-mutiara hikmah Kitab tersebut dalam buku ini dan menjelaskan seluk beluk Al-Qur’an secara panjang lebar agar bisa menjadi samudra yang memuaskan bagi para pencari kebenaran. (Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 662-665, London, 1984).


Selengkapnya...

Islam adalah agama yang merepresentasikan puncak kesempurnaan evolusi agama

Islam adalah suatu nama yang diberikan oleh Allah kepada agama ini (Quran 5:4). Kata Islam berasal dari akar kata bahasa Arab "SALIMA": damai, kesucian, kepatuhan, penyerahan diri dan ketaatan. Jadi, Islam dapat berarti jalan bagi orang-orang yang taat kepada Allah dan jalan bagi orang yang menegakkan perdamaian dengan Dia dan ciptaan-Nya. Para pemeluk agama ini disebut Muslim.

Islam bukanlah agama baru. Pada hakikatnya Islam memiliki pesan serta petunjuk yang sama seperti yang telah diwahyukan Allah kepada semua nabi yang ada sebelum Nabi Muhammad saw. Allah berfirman dalam Al-Quran :



"Katakanlah, Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim dan Ismail dan Ishak dan Yakub dan keturunan-nya dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa dan sekalian nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membedakan salah seorang diantara mereka, dan kepada-Nya kami menyerahkan diri". (Quran 3:85)lebih lengkap


Selengkapnya...

Al-Qur'an Sumber segala kebenaran

Al-Qur'an Sumber segala kebenaran

Dari Nur suci Al-Qur’an muncul hari yang terang
Angin musim semi semilir mengusap kuntum hati.

Mentari pun tidak memiliki Nur dan kecemerlangan ini
Pesona dan keindahannya pun tak ada pada rembulan.

Yusuf dilemparkan sendiri ke sebuah lubang
Sedangkan Yusuf9 yang ini telah menarik manusia ke luar lubang.



Dari sumber segala ilmu, ia telah mengungkap ratusan kebenaran
Keindahannya menggugah wawasan mulia.

Tahukah kalian betapa luhur fitrat pengetahuan miliknya?
Penaka madu surgawi menetes dari wahyu Ilahi.

Ketika mentari kebenaran ini muncul di dunia,
Semua celepuk yang memuja kegelapan, bersembunyi semua.
Tak ada yang bisa merasa pasti di dunia ini,
Kecuali ia yang berlindung dalam wujudnya.

Ia yang diberkati dengan pengetahuannya
Menjadi khazanah pengetahuan,
Ia yang tidak menyadarinya
Serupa mereka yang tak tahu sesuatu apa.

Hujan rahmat Ilahi menghampiri dirinya
Wahai sialnya mereka yang meninggalkannya dan mencari yang lain.

Kecenderungan kepada dosa adalah gejala syaitan bernoda
Yang kuanggap manusia hanya mereka yang meninggal kannya.

Wahai tambang keindahan, aku tahu sumbermu
Engkau adalah Nur dari Allah yang mencipta semesta.

Aku tak hasrat dengan siapa pun, hanya engkau kasihku
Kami telah menerima nurmu dari Dia yang mendengar doa.

(Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 304-305, London, 1984).


Selengkapnya...

BENARKAH NATAL 25 DESEMBER?

BENARKAH NATAL 25 DESEMBER?
Muhammad Ya’qub Suriadi

Nabi Isa as, atau kalau dalam pemahamaan kaum Kristen lebih sering di sebut Yesus, menurut pemahaman saya, yang saya ketahui dari sumber-sumber sejarah termasuk dari Al-Quran maupun dari Injil yang merupakan bagian dari Alkitab menggambarkan bahwa Beliau merupakan salah satu atau barangkali satu-satunya Nabi yang dalam perjalanan hidupnya banyak menuai kontroversi. Ya,.. khususnya 3 agama besar atau kalau beberapa agamawan menyebutnya agama samawi Ibrahimik yaitu Yahudi, Kristen dan Islam. Perdebatan itu tergambar dari sejak Yesus berada didalam kandungan Siti Maryam (Bunda Maryam), saat kelahiran Yesus, masa kenabian Beliau hingga seputar persoalan kewafatan Beliau. Ketika Yesus memproklamirkan diri menjadi nabi Allah, hampir seluruh kaum Yahudi menolaknya, sehingga mereka mengingkarinya dengan menyatakan bahwa Yesus nabi palsu.


Dalam pemahaman kaum Yahudi yang bersumber dari kitab Perjanjian Lama menyebutkan “Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi nama-Ku perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama allah lain, nabi itu harus mati”(Ulangan 18:20).
Oleh sebab itu tidaklah mengherankan jika kemudian kaum Yahudi dengan berbagai cara berusaha untuk menangkap dan membunuh Yesus, dimana yang salah satu usaha tersebut adalah dengan menyalibkan Yesus. Apalagi ketika kemudian Yesus diyakini wafat oleh kaum Kristen, pada saat Yesus disalib. Maka bertambah yakinlah kaum Yahudi bahwa Yesus benar-benar nabi palsu karena Perjanjian Lama menyebutkan “…sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu."(Ulangan 21:23). Menghadapi persoalan tersebut umat Kristen malah sebaliknya menyakini bahwa dengan kewafatan Yesus diatas salib membuktikan bahwa pengorbana yang dilakukan Yesus merupakan pengorbana yang suci yang tidak dapat atau sulit dilakukan oleh siapapun. Hal tersebut membuktikan bahwa Yesus benar-benar “anak Allah” dan “allah”. Setidaknya Paulus telah menulis dalam kitab Perjanjian Baru “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!(Galatia 3:13).
Mengomentari persoalan tersebut, umat Islam pada umumnya, berasumsi yang berbeda, bahwa Yesus atau Nabi Isa as tidak disalib apalagi sampai wafat pada waktu penyaliban, mereka meyakini nabi Isa as naik kelangit, meskipun pemahaman ini yang menurut saya belum seluruhnya benar. Saya seorang Ahmadi (pengikut Islam Ahmadiyah) memiliki sedikit penafsiran yang berbeda tentang hal tersebut. Dari beberapa sumber pokok agama, saya meyakini kalau nabi Isa as atau Yesus tidak wafat saat penyaliban dan Beliau juga tidak naik keatas langit. yang IsnyaaAllah akan saya sampaikan pada tulisan-tulisan saya berikutnya.
Dan adapun satu renungan yang ingin saya bagikan kepada pembaca pada tulisan saya kali ini adalah seputar masalah BENARKAH YESUS LAHIR PADA TANGGAL 25 DESEMBER? .Pada saat ujung-ujung jari saya menari diatas setiap huruf demi huruf mengikuti irama yang ada dalam alam berpikir saya, saya sadar bahwa pemahaman ini akan sedikit kontradiktif , bertabrakan atau sedikitnya menyinggung pemahaman orang pada umumnya khususnya saudara (i) dari Kristen. Namun saya yakin kok, kalau saudara saudara pembaca semua maklum nuansa diskusi, toh saya juga tidak “ngawur” dalam tulisan ini yang lebih mengedepankan ego pribadi sehingga hasilnya bermuatan subyektif. Ya tentunya saya akan berusaha selalu menampilkan dalil-dalil yang jelas baik dari AlQuran serta AlKitab. (kitab umat Kristen sendiri).Adapun fase masa kelahiran nabi Isa as atau Yesus secara singkat adalah:
I. Nabi Isa as atau Yesus lahir dari seorang dara yang bernama Siti Maryam atau Bunda Maria dari keluarga Imran. Adapun nama Imran merujuk kepada 2 pribadi
a. Amran atau Imran, yang merupakan ayah dari nabi Musa dan Harun leluhur Siti Maryam (Keluaran 6:18-20).atau juga
b. Imran, ayah dari Siti Maryam atau kakek dari Nabi Isa as/Yesus (AlQuran Surah Ali-Imran Ayat 35-37).
II. Siti Maryam atau Bunda Maria merupakan seorang yang sangat shaleha dan yang termasuk orang-orang yang menjaga kesucian. Hal ini didukung dari latar belakang keluarga Beliau yang selalu taat dalam beribadah kepada Allah, bahkan keluarga Siti Maryam termasuk dalam kelompok essenes (salah satu golongan dalam kaum Yahudi yang pengikutnya lebih menyibukan diri dalam beribadah kepada Allah ketimbang kelompok lainnya seperti Farisi dan Saduki yang kerap mencampurkan kepentingan agama dan politik) . Bahkan kesucian Siti Maryam pada saat itu membuat para orang tua mendambakan memiliki putra maupun putri seperti halnya Siti Maryam, termasuk Nabi Zakaria as yang selalu berdoa meskipun usia beliau sudah cukup tua sehingga tidak memungkinkan lagi untuk memiliki keturunan. Yang kemudian doa tersebut terkabul dengan diberikannya nabi Zakaria as seorang putra yang shaleh juga, yaitu nabi Yahya as atau Yohanes Pembabtis.
III. Ketika Siti Maryam dewasa, maka Allah memilih Maryam untuk menjadi ibu dari seorang Nabi yaitu nabi Isa as. Seperti tergambar dari ayat AlQuran (QS Ali Imran:45)
Atau juga diriwayatkan didalam Alkitab “…Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus”(Lukas 1:26-31).
IV. Ketika Siti Maryam Mengandung, masyarakat yang mengetahui hal tersebut banyak yang memandang miring terhadap status kehamilan Siti Maryam. Wajar saja karena Siti Maryam tengah mengandung sedangkan beliau belum memiliki suami. Layaknya penomena masa-masa belakangan ini, berita kehamilan beliau menjadi begitu menggemparkan sehingga melahirkan stigma negatif tentang Beliau. Hal tersebut juga yang melatarbelakangi mengapa kaum Yahudi sulit untuk menerima dan mengakui Nabi Isa as sebagai Nabi.
V. Maka Nabi Zakaria as selaku ketua dari kelompok Imam pada saat itu mencoba memberikan jalan keluar guna meluruskan stigma masyarakat yaitu dengan menikahkan Siti Maryam dengan Yusuf. Peristiwa perkawinan tersebut sebenarnya menggambarkan bahwa Siti Maryam telah mengandung Yesus terlebih dahulu sebelum menikah dengan Yusuf (Matius 1:18), sehingga memunculkan satu pertanyaan lagi bagi saya, dimana dalam Kitab Matius 1:1 yang menyebutkan bahwa Yesus adalah keturunan Daud as. “Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham (Matius 1:1)” sedangkan didalam Matius 1:2-16 dijelaskan tentang silsilah anak keturunan Daud yang berujung kepada Yusuf, dan Yusuf kita ketahui menikahi Maryam ketika Maryam telah mengandung. Jelas sekali bahwa Yesus bukan anak Yusuf seperti yang disebutkan Matius 1:1.
VI. Sejarah juga mencatat bahwa ketika Siti Maryam tengah mengandung, Yusuf dan Siti Maryam mengadakan perjalanan jauh dari Nazaret menuju Betlehem dimana pada saat itu kaisar Agustus mengeluarkan perintah agar mengadakan cacah jiwa (sensus)(Lukas 2:1-6). AlQuran mencatat didalam Surah Maryam ayat 22 :
“Maka Maryam mengandungnya lalu ia menyisihkan diri dengan kandunganya itu ketempat yang jauh”

VII. Pada saat di Betlehem, karena begitu banyaknya masyarakat yang hadir mengakibatkan Yusuf dan Siti Maryam tidak mendapatkan tempat untuk bermalam sehingga mereka memilih tempat lain (Lukas 2:6-7). Padahal pada saat itu Siti Maryam memasuki masa bersalin
VIII. Ada beberapa hal penting yang perlu di perhatikan pada masa menjelang kelahiran Nabi Isa as atau Yesus
 AlQuran mencatat bahwa menjelang masa bersalin tersebut, dikarenakan letih serta menahan rasa sakit Siti Maryam beristirahat dibawah pohon kurma yang buahnya tengah masak (matang). AlQuran surah Maryam ayat 25 : “Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu kearahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu”

 Alkitab juga melukiskan gambaran suasana pada saat Yesus dilahirkan sebagai berikut :
 Lukas 2:8 :”Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam”.
 Matius 2:1-2:” Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem
 2:2 dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia."
IX. Berdasarkan point VIII diatas sedikit memberikan gambaran bagi kita bahwa Yesus tidak terlahir pada saat musim dingin dan juga bukan bulan Desember. Karena :
 AlQuran menyebutkan pada saat menjelang kelahiran Yesus, pada saat itu Siti Maryam beritirahat dibawah sebatang pohon kurma yang tengah matang (masak), tentunya kita memahami bahwa sangatlah jarang atau bahkan diluar kebiasaan apa bila kurma-kurma yang ada di pohon telah atau matang di musim dingin. Bagi saya, secara sederhana dengan menimbang dari suasana iklim pada saat itu, tentunya saya akan lebih meyakini kalau “musim” kurma matang (atau kalau di kita sebut saja contohnya musim rambutan) itu lebih pantas atau mudah diterima akal kalau terjadi di musim panas.
 Alkitab juga mencatat bahwa pada saat Yesus dilahirkan, suasana disekitarnya digambarkan dengan adanya para penggembala yang menggembalakan ternaknya diluar kandang pada malam hari. Dari cerita yang di lukiskan oleh Alkitab, maka akan terbentuk sebuah gambaran dalam benak kita bahwa pada saat itu pastilah suhu udara sedang hangat atau minimal tidak terlalu dingin atau artinya tidak terjadi pada musim dingin. Karena hanya penggembala-penggembala yang nekat saja yang mau menggembalakan ternaknya pada malam hari di saat musim dingin apalagi bersalju.
 Kitab Matius 2:1-2: meriwayatkan bahwa pada saat Yesus lahir orang-orang Majus melihat pertanda yaitu Munculnya bintang Timur. Dari cerita ini juga saya tidak yakin bila Yesus terlahir pada saat musim dingin apalagi saat salju turun karena pada masa-masa tersebut pada malam hari tentunya cuaca sedikit buruk sehingga tidak memungkinkan untuk melihat bintang timur dengan jelas.
X. Lantas kira-kira kapan ya Yesus lahir?Dari fakta sejarah yang bersumber dari uraian AlQuran dan Alkitab, saya lebih cendrung untuk menyebutkan bahwa Yesus lahir pada saat musin panas antara bulan Agustus hingga September, Mengapa?
 Kondisi geografis tanah kelahiran Yesus mengalami beberapa musim diantaranya Musim dingin, musim semi, panas dan gugur.

Dengan gambaran sebagai berikut :
Tanggal =Posisis Matahari =Bumi Bagian Utara =Bumi Bagian Selatan
21 Maret =Tegak diatas katulistiwa =Mulai musim semi =Mulai musim gugur
21Mart-21Juni =Bergeser ke Utara =Masa Musim semi =Masa musim gugur
21 Juni =Tegak23 ½opembalikan LU =Mulai musim panas =Mulai musim dingin
21 Juni-23Sept=Bergeser ke tengah =Masa musim Panas =Masa Musim dingin
23 Sept =Tegak diatas katulistiwa =Mulai musim gugur =Mulai musim semi
22 Desember =Tegak23½opembalikan LS =Mulai musim dingin =Mulai Musim panas
22 Des-21Mart =Bergeser ke selatan =Masa Musim dingin =Masa musim panas

Dan tanah kelahiran Yesus dapat digambarkan lebih sederhananya sebagai berikut :
- Musim Dingin terjadi antara bulan : Desember-Januari dan Pebruari
- Musim semi terjadi antara bulan : Maret, April dan Mei
- Musim Panas terjadi antara bulan : Juni, Juli dan Agustus
- Musim Gugur terjadi antara bulan : September, Oktober dan Nopember.

 Apabila kita mau menggabungkan antara cerita yang diterangkan didalam AlQuran dengan suasana geografis yang ada di sana tentunya kita akan memperoleh sedikit kepastian kapan ya kira-kira Yesus dilahirkan. AlQuran menggambarkan bahwa pada saat Yesus lahir, pohon-pohon kurma yang ada disana pada saat itu tengah berbuah dan buahnya telah matang (AlQuran surah Maryam ayat 23-25)
 Selanjutnya.. dari keadaan geografis disana kita akan dapat memastikan bahwa kalau begitu antara bulan Maret hingga Mei dedaunan yang tadinya gugur mulai bersemi kembali, termasuk pohon kurma.
 Kemudian antara bulan Mei hingga Juni bunga-bunga yang akan menjadi buah kurma diperkirakan mulai kuncup dan mekar.
 Sehingga antara Agustus atau September buah kurma diperkirakan telah matang.
 Pada bulan-bulan tersebutlah Yesus dilahirkan.

XI. Lantas mengapa sih sekarang kok perayaan natal dilaksanakan tanggal 25 Desember? Didalam sejarah yang bersumber dari berbagai literatur memberikan penjelasan bahwa masa sebelum Yesus dilahirkan (SM) masyarakat dunia masih banyak yang belum mengenal tentang Ketauhidan. Paganisme mendominasi dunia, sehingga tidak sedikit yang menganggap bahwa Matahari sebagai tuhan, hal tersebut sangatlah wajar karena secara lahiriah matahari adalah satu-satunya benda yang sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia, selain wujudnya yang besar matahari juga dipercaya memberikan ruh kehidupan manusia. Contoh beberapa bangsa yang me-tuhan-kan matahari, Bangsa Persia bertuhankan Mithra (dewa Matahari),Yunani mempertuhankan Helios (dewa matahari), Romawi bertuhan saturalia (dewa Matahari), bangsa Babilonia bertuhan Tamus (dewa Matahari), Mesir bertuhan Osiris (dewa Matahari). Bahkan di kalangan masyarakat Jawa pada masa lampau tidak sedikit juga yang memuja batorosuryo. Singkatnya matahari disebagian besar belahan dunia pada lalu banyak diyakini sebagai wujud penguasa alam raya.

XII. Dalam budaya masyarakat primitif, ada berbagai macam ritual dimana adanya tindakan-tindakan (usaha) manusia dengan mempergunakan kekuatan-kekuatan alam yang didasari atas alam pikiran dengan penuh kepercayaan yang primitif dengan tujuan guna dapat mempengaruhi sehingga alam menerbitkan suasana yang dikehendaki, misalkan dibeberapa tempat di tanah Jawa (Timur dan Tengah). Ketika terjadi gerhana bulan mereka meyakini bahwa bulan tengah dimakan oleh raksasa, sehingga masyarakat yang mempercayai hal tersebut senantiasa memukul apa saja supaya raksasa tersebut melepaskan bulannya.

XIII. Begitu pula disejumlah tempat dibebera belahan dunia yang wilayahnya mengalami 4 musim termasuk musim dingin, ketika cahaya matahari sangat redup. Maka masyarakat menggunakan cahaya-cahaya lampu yang di pasang di berbagai tempat termasuk pepohonan guna memanggil Dewa matahari supaya memancarkan cahayanya kembali. Hal ini juga terjadi dibebrapa tempat yang mengalami musim dingin pada bulan Desember.

XIV. Pada saat penganut dewa Matahari merayakan pesta Sol Invictus (matahari yang tak terkalahkan ). Yang diadakan karena kembali hidupnya dewa matahari. Pada saat Kaisar Aurelionus pada akhir abad ke III mengangkat dewa matahari menjadi dewa istana dan negara gereja mencoba menguasai pesta tersebut dengan menggantikan dengan pesta natal (hari kelahiran Yesus). Hal ini dilakukan sebagai langkah mudah untuk mengajak pengikut-pengikut penyembah matahari kepada ajaran dan doktrin gereja. Pada masa itu juga gereja memproklamirkan pesta sol invictus sebagai hari menyambut kelahiran terang baru atau surya kebenaran seperti yang telah dinubuatkan dalam perjanjian lama kitab Maleakhi 4:2 tentang kedatangan Yesus “Tetapi kamu yang takut akan nama-Ku, bagimu akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya. Kamu akan keluar dan berjingkrak-jingkrak seperti anak lembu lepas kandang”

XV. Itulah sedikit gambaran tentang natal…. jadi menurut saya natal sejatinya tidak tanggal 25 Desember, tanggal 25 Desember adalah “instrument” pinjaman dari kebudayaan lain.Thanks.ok….


Selengkapnya...

Blog Ahmadiyah Difitnah

Islam Agama Damai

Islam Agama Damai
Pidato tentang Islam Agama damai di hadapan anggota Parlemen Eropa

Pembacaan Al-Quran di Parlemen Eropa

Pembacaan Al-Quran di Parlemen Eropa
Melalui Perjuangan Islam Ahmadiyah, Al-Quran dilantunkan di hadapan Parlemen Eropa

MTA Internasional

MTA Internasional
Televisi Nuansa Islami

Esensi Ajaran Islam

Hazrat Mirza Ghulam Ahmad : "Berbelas-kasihlah kepada sesama hamba-Nya. Janganlah berbuat aniaya terhadap mereka, baik dengan mulutmu atau dengan tanganmu, maupun dengan cara-cara lain. readmore

Warta Ahmadiyah

Apakah Ahmadiyah Itu

snapshot

About Me


chkme

SEO Reports for surga-mu.blogspot.com

Website Perdamaian

 

Copyright © 2009 by Ajaran Islam